Ipntu Nyarna menekankan hidup akan bermakna jika membantu orang lain yang membutuhkan. Kapolsek Kampung Melayu, Bengkulu, itu membantu warga yang tidak mampu dengan program bedah rumah.
"Saya itu dari orang nggak mampu, pernah mengalami susah, rumah nggak layak, dinding dari bambu, lantainya tanah. Sekarang alhamdulillah dengan qadar Allah saya jadi polisi, itu wujud syukur bahwa kita harus mengabdi," kata Iptu Nyarna dalam program Hoegeng Corner di detikPagi, Kamis (2/10/2025).
Program bedah rumah ini dilakukan Iptu Nyarna sejak 15 tahun yang lalu. Saat awal bertugas di Bengkulu, dia melihat banyak rumah warga setempat yang tak layak huni.
"Saya keliling ke masyarakat, ternyata dari 2010 sampai sekarang masih ada, nggak banyak, itu masih ada WC nggak layak, terus dindingnya dari spanduk itu, terus sengnya jebol, lantainya masih tanah, itu yang prioritas, ternyata di sini masih ada," katanya.
Biaya pembangunan dari bedah rumah ini berasal dari donatur dan sumbangan warga. Dia menyebut, bantuan diterima dari warga akan diterima dalam bentuk uang ataupun material bangunan.
"Saya sama teman-teman relawan membuat gerakan, masa hidup ini kurang bermakna kalau nggak berbuat itu, karena dari awal saya keluar rumah saya niat ibadah, bekerja, kalau hidup ini tidak bermakna ada yang kurang," tuturnya.
Hingga saat ini, ada ratusan rumah di Bengkulu yang sudah dibedah oleh Iptu Nyarna. Dia ingin masyarakat hidup nyaman di rumah permanen.
"Saya gandeng developer, pengusaha. Terus kalau di Polres saya membuat gerakan hari sedekah dengan didukung kapolres. Dan ternyata masyarakat itu sistem gotong royong masih ada, 'oh satu truk pasir, saya dua sak semen', ternyata dengan seperti itu bisa. Ternyata manusia baik di Indonesia itu banyak, tergantung kita mau atau tidak," jelasnya.
Tonton juga video "Iptu Nyarna Gerakkan Hari Sedekah, Bedah 100 Rumah Tak Layak Huni Sejak 2010" di sini:
(lir/knv)