Direktur LPDP Puji Visi Waka DPD RI Gagas Dana Abadi Pendidikan

Rahmat Khairurizqi - detikNews
Rabu, 01 Okt 2025 13:21 WIB
Foto: DPD RI
Jakarta -

Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung bukan hanya dikenal lantang memperjuangkan akses beasiswa hingga pelosok daerah, tetapi juga tercatat dalam sejarah sebagai salah satu penggagas lahirnya dana abadi pendidikan yang menjadi cikal bakal Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).

Pengakuan ini disampaikan langsung oleh Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso dalam forum Executive Brief bertema 'Optimalisasi Pemerataan Pendidikan: Beasiswa KIP Kuliah, LPDP, dan PIP Menuju Indonesia Emas 2045' yang digelar DPD RI, Senin (29/9).

Dwi Larso menyebut, gagasan dana abadi pendidikan lahir ketika Tamsil menjabat sebagai Wakil Kepala Badan Anggaran DPR RI. Saat itu, pemerintah baru mengalokasikan sekitar Rp 1 triliun, jumlah yang relatif kecil namun visioner.

"Pak Tamsil termasuk yang menginisiasi lahirnya dana abadi pendidikan. Dari angka yang relatif kecil pada awalnya, kini berkembang pesat bahkan menjadi Rp 154 triliun. Saya sungguh merasa terharu melihat bagaimana gagasan itu tumbuh dan menjadi salah satu pilar penting dalam pembiayaan pendidikan nasional," ujar Dwi Larso dalam keterangan tertulis, Rabu (1/10/2025).

Dwi Larso menilai LPDP sebagai instrumen yang lahir dari keberanian visi politik dan perencanaan jangka panjang. Tanpa adanya gagasan tersebut, Indonesia mungkin tidak akan memiliki mekanisme pembiayaan pendidikan yang stabil dan berkelanjutan seperti hari ini.

Lebih lanjut, Dwi Larso mengakui peran Tamsil sebagai catatan penting dari sejarah LPDP. Ia menegaskan, bahwa apresiasinya kepada Tamsil bukan sekadar pengakuan formal, melainkan penghargaan yang lahir dari kesadaran akan nilai historis gagasan tersebut.

Ia mengaku terharu karena gagasan yang lahir lebih dari satu dekade lalu kini telah berkembang melampaui ekspektasi awal.

"Jarang ada kebijakan yang mampu bertahan dan berkembang hingga sebesar ini. LPDP menjadi bukti bahwa visi jangka panjang dapat benar-benar diwujudkan bila dikawal dengan konsistensi. Saya sangat menghargai peran Pak Tamsil karena berkat gagasan itu ribuan anak bangsa bisa belajar hingga jenjang S2 dan S3. Mereka kini menjadi aset penting bagi Indonesia," ujarnya.

Di forum yang sama, Tamsil menuturkan bahwa beasiswa bukan sekadar ongkos kuliah, melainkan daya ungkit pembangunan daerah. Ia menegaskan bahwa setiap beasiswa adalah investasi yang berdampak luas.

Pasalnya, anak dari keluarga kurang mampu yang mendapat kesempatan belajar melalui KIP, PIP, maupun LPDP, tidak hanya mengubah nasib dirinya, namun juga menjadi penggerak kemajuan di daerah.

"Beasiswa adalah investasi sosial yang menghasilkan efek berantai. 15 tahun lalu, saya mendirikan yayasan sosial kemanusiaan Tali Foundation yang didedikasikan untuk memperkuat mutu penerima beasiswa. Yayasan ini memberikan pendampingan hingga capacity building, sehingga anak-anak kita penerima beasiswa, tumbuh sebagai SDM unggul. Bagi saya, beasiswa tidak boleh sebatas ongkos kuliah saja. Karena itu saya mendorong inisiatif pembinaan" ujar Tamsil.

Tamsil juga mengingatkan agar anggaran besar beasiswa KIP Kuliah memperhatikan aspek pemerataan. Fakta di lapangan, kata Tamsil, menunjukkan masih ada anak miskin yang tercecer karena tidak masuk basis data resmi.

Selain itu, beasiswa KIP Kuliah cenderung terserap di perguruan tinggi besar di perkotaan, meninggalkan kampus di daerah dan kabupaten tertinggal. Ketimpangan ini berpotensi melebar jika tidak segera dikoreksi.

"DPD RI hadir untuk memastikan bahwa program beasiswa tidak berhenti pada angka statistik, melainkan benar-benar menjawab kebutuhan nyata masyarakat di daerah," tegas Tamsil.

Ia mengingatkan bahwa amanat Mahkamah Konstitusi lewat Putusan Nomor 3/PUU-XXII/2024 sudah menegaskan pendidikan dasar gratis berlaku untuk sekolah negeri maupun swasta. Namun implementasinya masih timpang, terutama bagi sekolah swasta yang menampung ratusan ribu siswa dari keluarga miskin.

Tamsil menutup pernyataannya dengan menegaskan pentingnya visi panjang. Ia mengatakan Indonesia tidak akan menjadi bangsa besar jika pendidikan hanya terkonsentrasi di pusat.

"Beasiswa harus ditempatkan sebagai daya ungkit pembangunan daerah. DPD RI akan terus mengawal agar mereka yang tidak terjangkau sistem memperoleh haknya, sehingga pembangunan manusia benar-benar menyeluruh," pungkasnya.

Tonton juga video "Anggaran diSunat, LPDP Batasi Jurusan dan Peserta Beasiswa" di sini:




(ega/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork