Rumah Panggung Minahasa Tak Lapuk Dimakan Zaman

Minahasa Selatan - Menelusuri Sulawesi Utara seperti memandangi deretan rumah-rumah panggung. Rumah panggung adalah rumah tradisional etnik Minahasa yang mendiami Sulawesi Utara.Rumah panggung Minahasa terbuat dari kayu, sehingga bisa dibongkar pasang. Pembuatannya tidak mutlak dilakukan di lokasi akan didirikan rumah, tapi bisa berkilometer-kilometer jauhnya."Yang ini dibuat di Woloan, Tomohon," ujar Yopie, seorang pemilik rumah panggung di Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan, kepada detikcom di sela-sela Ekspedisi Bahan Bakar Nabati (BBN) 31 Juli 2007.Desa Woloan merupakan sentra penghasil rumah panggung utama di Sulawesi Utara. Produk rumahnya biasa dibeli oleh orang-orang dari luar Tomohon, bahkan dari Jawa dan luar negeri."Yang memesan banyak. Dari Jawa juga ada," kata Yopie.Rumah panggung asal Woloan, menurut Yopie, dibuat berdasarkan pesanan. Sistem pembeliannya berdasarkan luasnya."Harganya per meter, sudah termasuk tukang yang merakit. Kalau ke luar daerah, ditambah ongkos pengepakan dan pengiriman," kata Yopie.Tidak semua rumah panggung dibuat oleh pengrajin. Juga ada warga yang membangun sendiri dibantu tukang-tukang."Kalau rumah ini dibangun kakek saya dulu," ujar warga Motoling lainnya, Evi, yang juga tinggal di rumah panggung.Memiliki rumah panggung, bagi orang Minahasa, memiliki banyak makna. Bukan hanya sekadar menjaga identitas sebagai orang Minahasa, tapi juga alasan kepraktisan."Kalau punya rumah panggung, jika kamarnya 3, maka di bawahnya juga bisa ada kamar 3," ujar YopieBegitulah. Rumah panggung bukan sekadar identitas, tapi juga efisien. Sepanjang perjalanan tim Ekspedisi BBN, detikcom melihat banyak rumah panggung yang di bagian bawahnya dibeton sehingga rumah menjadi dua tingkat. Memang rumah panggung Minahasa tak lapuk dimakan zaman. (aba/nrl)