PAM Jaya Bikin 4 Instalasi Pengolahan agar Air Pipa Layak Minum

PAM Jaya Bikin 4 Instalasi Pengolahan agar Air Pipa Layak Minum

Brigitta Belia Permata Sari - detikNews
Jumat, 19 Sep 2025 18:55 WIB
Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin.
Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin. (Foto: Brigitta Belia/detikcom)
Jakarta -

PAM Jaya menargetkan layanan air perpipaan di Jakarta nantinya bisa langsung diminum masyarakat. Untuk itu, empat instalasi pengolahan air (IPA) baru sedang dipersiapkan di sejumlah titik di Jakarta.

Direktur Utama PAM Jaya, Arief Nasrudin, mengatakan pembangunan IPA tersebut menjadi bagian dari percepatan layanan air perpipaan 100 persen bagi warga ibu kota. Keempat IPA itu bakal berlokasi di Semanan, Muara Karang, Condet, dan Kanal Banjir Barat 2.

"Empat instalasi pengolahan air (IPA) baru disiapkan di Semanan, Muara Karang, Condet, dan Kanal Banjir Barat 2. Teknologi water purifier juga diluncurkan agar air perpipaan tetap layak minum meski melewati pipa lama," kata Arief dalam forum Balkoters Talk di Balai Kota, Jumat (19/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Arief menegaskan, harga air perpipaan jauh lebih murah ketimbang air kemasan. "Air perpipaan PAM hanya Rp 1 per liter, sangat murah dibanding air kemasan. Kami ingin masyarakat beralih," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Namun, di sisi lain, Arief mengatakan sekitar 70 persen jaringan pipa Jakarta berusia 25-40 tahun dan rawan kebocoran. Kebocoran itu memicu non-revenue water (NRW) yang ditaksir merugikan hingga Rp1 triliun per tahun.

"70 persen pipa berusia 25-40 tahun, sebagian besar bukan food grade, rawan kebocoran, dan memicu tingginya non-revenue water (NRW). Akibat kebocoran itu kerugian diperkirakan mencapai Rp1 triliun per tahun," tuturnya.

Selain itu, ketersediaan air baku juga masih menjadi masalah. Pasokan Jakarta masih 85 persen bergantung dari luar daerah, terutama Waduk Jatiluhur.

"Pesan Pak Gubernur jelas, jangan bergantung pada satu sumber. Kami cari alternatif, bahkan ke Banten," ungkapnya.

Lebih lanjut, Arief menuturkan, transformasi digital juga digenjot. PAM Jaya telah meluncurkan super apps, menerapkan smart water meter digital pada 49 ribu pelanggan, hingga membangun mobil laboratorium mikrobiologi untuk uji kualitas air secara cepat di lapangan.

"PAM Jaya tidak mengambil air tanah, hanya mengolah air permukaan. Kami bekerja siang malam untuk mengakhiri ketergantungan warga pada air galon dan gerobak. Target 2029 harus tercapai," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta Firdaus Ali menegaskan bahwa transformasi tata kelola air di ibu kota sudah mendesak dan tidak bisa ditunda. Ia menyoroti rendahnya cakupan layanan air perpipaan di Jakarta yang masih di bawah 50 persen.

"Air adalah sumber kehidupan. Hampir semua kitab suci menyebut air sebagai lambang surga. Namun ironinya, Jakarta dengan 13 sungai dan 76 anak sungai, tak satu pun yang layak jadi air baku. Semua tercemar limbah," kata Firdaus.

Sementara itu, Firdaus menyebut transformasi PAM Jaya menjadi Perseroda bukan berarti privatisasi, melainkan langkah membuka ruang manajemen yang lebih transparan.

"Tidak ada hubungannya dengan swastanisasi. Kendali penuh tetap ada di PAM Jaya. Justru ini kesempatan untuk membangun trust publik melalui tata kelola yang terbuka," tegasnya.

Lebih lanjut, Firdaus mengingatkan saat ini Jakarta sedang berpacu dengan waktu. Penurunan muka tanah, ekstraksi air tanah dalam dan ancaman rob menjadi bahaya nyata.

"Kalau kita tidak bergerak cepat, jangan sampai tahun 2050 garis pantai sudah bergeser ke Harmoni. Solusinya jelas percepat layanan air perpipaan, kurangi kebocoran, dan perkuat sistem pertahanan pesisir," pungkasnya.

Lihat juga Video: Era Baru Air Jakarta: Mungkinkah IPO PAM Jaya Jadi Kunci Keberlanjutan?

(bel/lir)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads