Laporan dari Astana

Di Kongres Astana, Presiden Kazakhstan Singgung Perang Nuklir-Perubahan Iklim

Yogi Ernes - detikNews
Rabu, 17 Sep 2025 21:45 WIB
Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev (dok. Akorda Press Service)
Jakarta -

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev menyoroti sejumlah isu dalam pidatonya di VIII Congress of Leaders of World and Traditional Religions. Tokayev menyebut dunia saat ini makin dipenuhi konflik militer dan potensi perang nuklir di masa depan.

Adapun Congress of Leaders of World and Traditional Religions merupakan kongres tiga tahun sekali yang diinisiasi pemerintah Kazakhstan. Di gelaran kedelapannya tahun ini, kongres mengusung tema 'Dialogue of Religions: Synergy for the Future'.

Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev saat berpidato dalam acara Congress of Leaders of World and Traditional Religions. (Yogi Ernes/detikcom)

Di awal pidatonya, Tokayev mengapresiasi para pemuka agama yang telah hadir di Kazakhstan untuk mengikuti kongres. Dia mengatakan peran pemimpin agama saat ini makin dibutuhkan dalam menjaga perdamaian.

"Kalian dapat disebut duta dunia, bertindak di bawah panji humanisme. Disatukan oleh kepentingan bersama, kalian berjuang untuk mengarahkan umat manusia menuju pencapaian tujuan-tujuan yang baik. Saya mengucapkan terima kasih yang tulus untuk ini," kata Tokayev di Palace of Independence, Astana, Kazakhstan, Rabu (17/9/2025).

Tokayev menyebut Kazakhstan telah memiliki riwayat panjang dalam menjaga persatuan di tengah keragaman budaya negaranya. Dia mengatakan semangat menjaga perdamaian tercermin dalam kebijakan luar negeri Kazakhstan yang mengutamakan dialog dan kerja sama.

"Saya yakin bahwa nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal ini penting bagi semua bangsa dan negara," tegas Tokayev.

Menurut Tokayev, dunia kini terancam dalam konflik baru mulai dari perang dagang dan sanksi ekonomi. Dia juga menyinggung potensi perang nuklir yang bisa terjadi di masa depan.

"Risiko konflik nuklir sangat mengkhawatirkan, dan kemungkinan terjadinya Armageddon seperti itu dinilai oleh para ahli sebagai yang tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Sayangnya, alih-alih inisiatif konstruktif dan kebijakan pelonggaran, pemikiran konfrontatif semakin menguat, perpecahan geopolitik semakin meluas, dan ketegangan sosial semakin meningkat," tutur Tokayev.

"Dalam realitas yang sulit ini, diplomasi konstruktif harus menjadi yang utama sebagai alat utama untuk mengembangkan dialog, mengatasi keterasingan timbal balik, dan meningkatkan kepercayaan di arena internasional, tegasnya.




(ygs/fca)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork