Kehilangan Pelukan Orang Tua, Adelia Bersyukur Masuk Sekolah Rakyat

Rahmat Khairurizqi - detikNews
Minggu, 14 Sep 2025 10:52 WIB
Foto: Kemensos
Jakarta -

Adelia Eka Tri Septiani (16) tak pernah membayangkan hidupnya bisa berubah drastis setelah bergabung menjadi siswa Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Kota Bekasi, Jawa Barat.

Ia kini memiliki ranjang sendiri, bahkan sebuah meja tulis kecil. Sesuatu yang dulu terasa mustahil, sebab bertahun-tahun ia terbiasa berdesakan di sepetak kamar sempit bersama nenek dan tiga adiknya.

Dia pun bersyukur dan mengucapkan terimakasih kepada Presiden Prabowo Subianto dan Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) atas hadirnya Sekolah Rakyat.

"Saya di sini makan enggak perlu mikir lagi, makan tinggal makan. Tapi saya kepikiran adik saya, adik di rumah makan apa," ucapnya dalam keterangan tertulis, Minggu (14/9/2025).

Hal tersebut disampaikannya saat ditemui di Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi, beberapa waktu lalu.

Di tengah rasa syukur, Adelia terkadang masih diselimuti rasa haru. Ia teringat pada adik-adiknya di rumah, yang setiap hari hanya menyantap telur atau mie instan pendamping nasi.

Kedekatan Adelia dengan adik-adik dan neneknya terjalin sejak sang ibu menikah kembali, sementara sang ayah terjerat jeruji besi akibat kecanduan narkoba. Adelia hanya menemukan pelukan nenek dan tanggung jawab besar terhadap ketiga adiknya yang masih kecil.

Kehidupan keluarga ini bergantung pada jualan kopi dan teh sang nenek yang tak menentu hasilnya. Dalam sehari keuntungan penjualannya hanya sekitar Rp15 ribu hingga Rp 20 ribu per hari. Jumlah itu tentu jauh dari cukup untuk menopang kebutuhan hidup, apalagi membiayai sekolah cucunya.

Meski begitu, kondisi perekonomian yang pas-pasan tak menghalangi nenek dan adik-adiknya untuk sesekali datang menjenguk.

"Kakak disana semangat ya. Kalau kakak di-bully, tenang, aku selalu doain kakak di rumah," ucap salah satu adik Adelia ketika berkunjung ke Sekolah Rakyat.

Kesempatan menempuh bangku sekolah bagi Adelia datang secara tak terduga. Awalnya, seorang temannya menolak tawaran masuk Sekolah Rakyat. Tanpa pikir panjang, Adelia segera mengambil peluang yang terbuka di depannya.

"Senang banget. Langsung kebayang akhirnya mimpiku bisa terwujud, bisa ngelanjutin sekolah," ucapnya dengan mata berbinar.

Bagi Adelia, Sekolah Rakyat hadir sebagai jembatan menuju cita-cita besar yang selama ini ia genggam erat.

"Cita-citaku ingin jadi hakim. Karena ayah sering KDRT akibat narkoba. Aku ingin menegakkan keadilan," ucap Adelia dengan suara tegas.

Adelia juga memiliki mimpi lain, yakni bisa kembali berkumpul dengan ibu, ayah, nenek, dan adik-adiknya lalu mewujudkannya dalam satu bingkai foto keluarga. Bayangan itu kerap hadir di benaknya, namun ia tidak ingin menjadikannya beban.

Di balik wajah polosnya, Adelia memikul mimpi yang jauh lebih besar dari usianya. Sekolah Rakyat hadir dan memberinya ruang untuk tumbuh, tempat belajar, dan juga sebagai rumah kedua baginya.

Sebagai informasi, sekolah rakyat hadir untuk anak-anak dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Sekolah berkonsep asrama ini gratis dan menghadirkan kurikulum serta fasilitas setara sekolah unggulan. Tahun ini Kementerian Sosial menargetkan 165 Sekolah Rakyat rintisan sudah beroperasi di berbagai wilayah di Indonesia dengan daya tampung 15 ribu lebih siswa.

Selain memberikan akses pendidikan gratis dan berkualitas, Sekolah Rakyat juga menjadi program pengentasan kemiskinan terpadu. Baik para siswa maupun keluarganya akan mendapat manfaat dari program-program prioritas. Di antaranya, cek kesehatan gratis, makan bergizi gratis, dan jaminan kesehatan gratis atau PBI JK.

Sementara orang tua siswa akan mendapat bantuan perbaikan rumah, masuk menjadi anggota Kopdes Merah Putih, dan program 3 juta rumah, serta program-program pemberdayaan lainnya.

Tonton juga video "Guru-Murid 65 Sekolah Rakyat Tambahan Sudah Terpenuhi 80%" di sini:




(akd/akd)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork