CHANDI 2025 Diharap Jadi Platform Global Eksplorasi Kekuatan Budaya

Jihaan Khoirunnisaa - detikNews
Rabu, 03 Sep 2025 13:28 WIB
Foto: Kemenbud
Jakarta -

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon berharap gelaran Culture, Heritage, Art, Narrative, Diplomacy, and Innovation (CHANDI) 2025 di Denpasar, Bali dapat mendukung terwujudnya masa depan yang inklusif dan berkelanjutan melalui budaya. Sebab menurutnya budaya merupakan alat pemersatu dunia.

"Budaya adalah kekuatan yang mampu menyatukan kita, melampaui batas, bahasa, dan perbedaan. Budaya menghubungkan manusia melalui kisah, nilai, dan ekspresi bersama yang mengingatkan kita akan kemanusiaan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (3/9/2025)

Diketahui, Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia resmi membuka perhelatan konferensi budaya internasional CHANDI 2025, yang digelar bertepatan dengan peringatan 80 tahun Kemerdekaan RI. Forum ini menghadirkan perwakilan dari 40 negara, termasuk Menteri dan Wakil Menteri Kebudayaan, Duta Besar, delegasi tingkat tinggi, serta para pemimpin daerah di Indonesia.

Dengan mengusung tema 'Culture for the Future', CHANDI 2025 dirancang sebagai platform global untuk memperkuat peran budaya dalam menjawab tantangan zaman. Melalui berbagai diskusi, forum kolaboratif, dan pameran, CHANDI 2025 bertujuan untuk memperkuat diplomasi budaya sebagai sarana membangun perdamaian dan pembangunan berkelanjutan; mendorong strategi inovatif untuk pelestarian dan pemajuan budaya; pendekatan berbasis masyarakat dalam kebijakan kebudayaan, serta kolaborasi lintas negara demi membangun ekosistem budaya yang inklusif dan berkelanjutan.

"Melalui tema Culture for the Future, kami berharap bahwa CHANDI 2025 dapat menjadi platform global untuk mengeksplorasi kekuatan transformatif budaya dalam membentuk masa depan yang lebih inklusif, damai, dan berkelanjutan," katanya.

Fadli menyebut saat ini persoalan global kian kompleks, mulai dari ketegangan geopolitik, krisis iklim, degradasi lingkungan, hingga ketidaksetaraan sosial dan perkembangan teknologi. Kondisi ini dinilainya membutuhkan solusi yang tidak hanya mengandalkan pendekatan tradisional. Budaya, kata dia, hadir sebagai jembatan yang mampu mempertemukan berbagai bangsa di dunia.

Dia menegaskan budaya bukan sekadar peninggalan masa lalu, tetapi kekuatan vital yang membentuk masa depan bersama. Budaya menurutnya, menyalakan kreativitas, menumbuhkan inovasi, dan menginspirasi nilai-nilai yang menuntun manusia menuju dunia yang lebih inklusif, adil, dan berkelanjutan.

Lebih lanjut, dalam pidatonya Fadli juga menegaskan posisi strategis Indonesia sebagai bangsa dengan mega-diversity budaya.

"Dengan 280 juta penduduk, lebih dari 1.340 kelompok etnis, 718 bahasa daerah, serta lebih dari 2.213 warisan budaya takbenda yang tercatat, serta lebih dari 50.000 warisan yang berpotensi ditetapkan, Indonesia memiliki potensi besar dalam membangun dunia yang saling terhubung dan harmonis," paparnya.

Fadli menjelaskan Indonesia adalah salah satu peradaban tertua di dunia. Selama berabad-abad, Nusantara menjadi titik temu pertukaran peradaban dari Timur ke Barat, dari Utara ke Selatan, yang menghasilkan keragaman ekspresi budaya.

"Prinsip Bhinneka Tunggal Ika, gotong royong, dan musyawarah menjadi fondasi bangsa kita dalam membangun harmoni, sekaligus kontribusi nyata bagi perdamaian dunia," jelas Fadli.

"Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia untuk pertama kalinya meresmikan Kementerian Kebudayaan. Sejarah ini menegaskan komitmen nasional kami untuk menjaga warisan budaya kita yang beragam, memajukan keberlanjutan budaya, dan berkontribusi pada peradaban internasional," lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Pratikno, menyampaikan bagaimana keselarasan hidup yang berdampingan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) di masa kini.

"Teknologi Artificial Intelligence saat ini seharusnya bisa mempermudah hidup dalam segala sisi, mengingat banyaknya konten kebudayaan yang dibuat setiap harinya. Namun, harus diingat kecanggihan AI memiliki sejumlah risiko," kata Pratikno.

Lebih lanjut, Pratikno menegaskan sebagaimana leluhur menjaga budaya dengan kebijaksanaan, kerja sama, dan rasa saling menghormati, kini dunia memiliki tanggung jawab yang sama di ranah digital. Teknologi, menurutnya, harus memperkuat ikatan budaya, bukan memecah belah masyarakat.

"Indonesia mendorong lahirnya tata kelola kecerdasan buatan yang mampu berbicara dalam semua bahasa dan melestarikan semua budaya. Dengan demikian, Bhinneka Tunggal Ika dapat menjadi pijakan bagi peradaban digital yang berkeadilan dan berkelanjutan," ujarnya.

Diketahui, Perhelatan CHANDI 2025 resmi dibuka secara bersama-sama oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia Pratikno, Menteri Kebudayaan Fadli Zon, didampingi oleh Wakil Menteri Kebudayaan Fadli Zon Giring Ganesha, Gubernur Bali I Wayan Koster, dan Sekretaris Jenderal Kebudayaan, Bambang Wibawarta.

Rangkaian pembukaan dilanjutkan dengan penandatangan Sampul Peringatan CHANDI 2025 sebagai penanda bersejarah yang mempresentasikan semangat persatuan dan komitmen bersama dalam pemajuan kebudayaan dunia.

Melalui CHANDI 2025, Indonesia menegaskan posisinya sebagai pusat dialog kebudayaan dunia. Forum ini berupaya membangun pemahaman bersama terhadap kekuatan dan kekayaan peradaban, kerja sama untuk menjaga warisan budaya, memperkuat pembangunan berkelanjutan, dan memastikan perdamaian bagi generasi mendatang.

Tonton juga video "CHANDI Summit 2025 Bakal Digelar di Bali September Mendatang" di sini:




(akd/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork