Anggota MPR RI Willy Aditya menegaskan Pancasila harus ditempatkan bukan sekadar sebagai hafalan formal, melainkan sebagai nilai kehidupan dalam keseharian masyarakat. Hal tersebut disampaikannya pada acara 'Bicara Buku Bersama Wakil Rakyat' di Gedung Nusantara V, kemarin.
Pada acara ini, Willy juga membedah karyanya yang berjudul "Pancasila di Rumahku". Ia pun mengapresiasi kegiatan literasi ini sebagai upaya menggaungkan nilai Pancasila.
Ia juga mengisahkan perjalanannya dalam mengenal dan mendalami Pancasila sejak duduk di bangku sekolah. Menurutnya, literasi membaca, menulis, dan berdiskusi menjadi bagian tak terpisahkan dalam membangun cara berpikir kritis tentang Pancasila. Ia juga menekankan kembali pernyataan fundamental dari Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dalam pidato 1 Juni itu, Bung Karno mengatakan, 'Saya ini bukan penemu Pancasila'. Beliau menegaskan hanya mensarikan nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya sudah ada dan hidup di tengah-tengah kita setiap hari," papar Willy dalam keterangannya, Kamis (28/8/2025).
Lebih lanjut, Willy mengungkapkan pendekatan Bung Karno bersifat metodologis dan induktif, yang berarti Pancasila digali dari bawah, langsung dari kehidupan sosial masyarakat. Berbeda dengan cara pada masa Orde Baru melalui penataran P4, ketika Pancasila diajarkan dari atas ke bawah dan lebih menekankan pada hafalan.
"Selama ini kita sering terjebak meletakkan Pancasila sebagai cita-cita yang saleh di atas, seperti surga," katanya mengutip pandangan Filsuf, Karlina Supelli.
Willy pun menegaskan Pancasila bukanlah sekadar hafalan, melainkan sebuah laku sosial (social life). Ia mencontohkan tradisi Pela Gandong di Maluku, di mana masyarakat muslim dan kristen saling membantu membangun tempat ibadah masing-masing. Hal ini menjadi bukti nyata nilai toleransi sudah berakar di masyarakat.
"Pancasila ada di tengah kita every day, every time, every moment. Bung Karno meletakkan Pancasila itu sebagai way of thinking, way of life," jelasnya.
Di akhir sambutannya, Willy mengajak semua pihak, terutama para pendidik untuk tidak lagi menjadikan Pancasila sebagai mitos atau hafalan semata. "Kita harus keluar dari perspektif guru mengajarkan, murid menghafalkan," tuturnya.
Ia mengungkapkan Pancasila harus menjadi working value atau tatakan hidup keseharian. Hal ini bisa tercermin dalam tindakan sederhana seperti saling tersenyum, menghormati perbedaan, dan bergotong royong. Ia juga menekankan tanggung jawab untuk membumikan Pancasila adalah tanggung jawab kolektif seluruh bangsa.
Senada, Sekretaris Jenderal (Sesjen) MPR RI, Siti Fauziah menekankan Pancasila tidak cukup hanya untuk dibaca dan dihayati, tetapi perlu diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun menyebut Pancasila sebagai ideologi yang terbukti mampu menjaga keutuhan dan kerukunan bangsa Indonesia.
"Pancasila adalah salah satu ideologi kita yang bisa menjaga kerukunan bangsa. Pancasila inilah yang dapat menjaga negara kita sampai saat ini," ucapnya.
Pada kesempatan ini, Situ juga turut menyoroti menurunnya minat baca di kalangan generasi muda di tengah era digital. Oleh karena itu, diperlukan upaya besar untuk menggalakkan literasi, salah satunya dengan membedah buku, sebagai fondasi pengetahuan.
"Membaca ini sudah banyak hal yang ditinggalkan. Untuk kembali membaca buku, effort kita harus besar karena sekarang adalah zamannya Gen Z yang selalu memegang gawai (HP)," papar Siti,
Siti pun berharap kegiatan ini dapat menjadi wadah untuk menumbuhkan kembali semangat literasi. "Saya berharap kegiatan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, menjadi masukan dalam keseharian kita, dan kehidupan kita selanjutnya," kata Siti Fauziah.
Ia juga berharap kegiatan literasi seperti "Bicara Buku" dapat terus diselenggarakan secara rutin dengan membahas berbagai karya inspiratif lainnya di masa mendatang.
"Membaca dan menulis itu satu paket. Tapi outcome-nya adalah critical thinking, yang terbangun melalui diskusi," pungkasnya.
Sebagai informasi, acara ini dilanjutkan dengan pemberian plakat dari Perpustakaan MPR RI oleh Siti Fauziah kepada Willy Aditya. Sebaliknya, Willy Aditya juga menyerahkan buku yang didampingi oleh jajaran Sekjen MPR RI.
Selanjutnya , dilaksanakan forum diskusi terkait Pancasila dengan mengundang dua narasumber, yaitu Dosen Pancasila dan Kewarganegaraan Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Epin Saepudin, M.Pd, dan Founder Institut Sarinah, Eva Kusuma Sundari, yang dimoderatori oleh penyiar TV, Rahma Sarita Aljufri, SH.
Selain Willy, hadir dalam acara ini yakni Sekretaris Jenderal MPR RI, Siti Fauziah beserta jajarannya, Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Sistem Informasi MPR RI, Anies Mayangsatri, Kepala Biro Umum Herry Putra, Kepala Biro Persidangan & Pemasyarakatan Konstitusi Wachid Nugroho, dan Kepala Perpustakaan MPR, Yusniar SH.
Simak juga Video: Prabowo: Mereka yang Tak Setia kepada Negara Akan Kita Singkirkan