Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon mengatakan kebaya dapat menjadi tren global melalui kreativitas dan akulturasi. Pelestarian kebaya yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal 32 Ayat 1 mewajibkan Indonesia memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia.
"Di momentum Hari Kebaya Nasional ini, mari kita kuatkan komitmen bahwa kebaya adalah sumber narasi dan sejarah. Kebaya bukan hanya busana, namun sebuah peradaban. Ia adalah warisan, kekuatan, dan identitas perempuan Indonesia," ucap Fadli Zon dalam keterangan tertulis, Kamis, (14/8/2025).
Hal ini dia katakan dalam acara 'Kebaya Bercerita: Kebaya sebagai Warisan Budaya Indonesia' di Museum Nasional Indonesia sebagai peringatan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada 24 Juli 2025 lalu. Acara ini digelar bersama Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) dan Dharma Wanita Persatuan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fadli menegaskan pengakuan kebaya oleh UNESCO pada 4 Desember 2024 ke dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity adalah capaian penting. Pengusulan ini dilakukan secara multinasional bersama Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand.
"Bagi Indonesia, pengakuan UNESCO ini sangat strategis. Kebaya adalah artefak budaya hidup yang menyimpan nilai historis, sosial, dan identitas kolektif perempuan Indonesia. Ia kini menjadi wajah diplomasi budaya kita di panggung dunia, mewakili nilai harmoni, keberagaman, dan ketahanan budaya," tegas Fadli.
Lebih lanjut, Fadli menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat. Menurutnya, acara tersebut menjadi ajang perayaan sekaligus penguatan komitmen untuk mewariskan kebaya kepada generasi mendatang.
"Kita bisa berkumpul untuk memperingati Hari Kebaya Nasional pada 24 Juli lalu, dan ini menjadi momen istimewa karena warisan budaya ini terus dijaga semangat dan keberlangsungannya oleh semua pihak. Saya sampaikan apresiasi tinggi kepada KOWANI dan seluruh komunitas, organisasi perempuan, budaya, serta akademisi yang menyuarakan pentingnya pelestarian kebudayaan sebagai identitas bangsa," ujar Fadli.
Fadli juga turut mengajak seluruh pihak untuk terus menjaga semangat pelestarian kebaya. Menurutnya, penting untuk melestarikan kebaya agar selalu menjadi kebanggaan budaya Indonesia di kancah internasional.
"Mari kita rayakan dan bangun jembatan menuju masa depan, memastikan kebaya akan terus hidup, bercerita, dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia di mata dunia," jelasnya.
Sementara itu, penerima penghargaan Ikon Pelestari Kebaya mewakili mendiang Siti Hartinah Soeharto, Titiek Soeharto, menegaskan bahwa kebaya adalah bahasa tanpa kata yang mencerminkan keanggunan dan kepribadian Indonesia.
"Di setiap kain kebaya tersimpan cerita tentang sejarah, nilai luhur, dan keteguhan hati. Malam ini menjadi istimewa karena kita memberi penghormatan kepada para Ibu Negara dari masa ke masa yang telah menjaga kebaya sebagai simbol martabat bangsa," ucap Titiek.
Ketua Umum KOWANI, Nannie Hadi Tjahjanto menambahkan Hari Kebaya Nasional merupakan momentum penting untuk memperkuat komitmen pelestarian kebaya.
"Kebaya adalah simbol jati diri, persatuan, dan peradaban perempuan Indonesia di mata dunia," ujar Nannie.
Melalui kolaborasi lintas lembaga dan komunitas, penyelenggaraan 'Kebaya Bercerita' diharapkan menjadi inspirasi sekaligus pengingat bahwa pelestarian kebaya bukan sekadar menjaga busana tradisional, tetapi juga merawat identitas bangsa Indonesia sebagai bagian dari diplomasi budaya yang mampu memperkenalkan Indonesia di panggung dunia.
Tonton juga video "Fadli Zon: Penulisan Ulang Sejarah Dibuat Sejarawan Tanpa Intervensi" di sini:
(akd/akd)