Kunjungi Situs Cangkuang, Menbud Dorong Pelestarian Sejarah-Budaya Lokal

Inkana Putri - detikNews
Jumat, 08 Agu 2025 11:30 WIB
Foto: Kementerian Kebudayaan
Jakarta -

Menteri Kebudayaan Fadli Zon melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kunjungan ini menjadi momentum penting dalam menyoroti kekayaan budaya dan pelestarian situs bersejarah di sekitar wilayah tersebut.

Dalam kesempatan, Fadli mengunjungi Situs Cangkuang, di antaranya Pemukiman Adat Kampung Pulo, Makam Eyang Embah Arif Muhammad, Candi Cangkuang, dan Museum Situs Cagar Budaya Candi Cangkuang.

Mengawali kunjungannya, Fadli menyeberangi Situ atau Danau Cangkuang menggunakan perahu rakit tradisional untuk menuju Desa Cangkuang. Diiringi kesenian Rudat, Fadli disambut dengan upacara adat siraman tujuh kendi sebagai simbol penyucian diri sebelum memasuki wilayah Kampung Pulo.

Adapun tujuh kendi ini berasal dari tujuh mata air yang ada di Kampung Pulo. Enam di antaranya dari Kampung Pulo dan satu dari sumur Masjid Kampung Pulo. Kampung Pulo merupakan permukiman adat yang dihuni oleh keturunan Arif Muhammad, tokoh penyebar Islam di wilayah tersebut yang berasal dari Kerajaan Mataram.

Arif Muhammad kemudian memilih menetap di daerah ini dan menjadi tokoh spiritual yang sangat dihormati oleh masyarakat. Makamnya menjadi salah satu titik penting ziarah budaya dan sejarah di kawasan ini.

Di hadapan Fadli, Ketua Masyarakat Adat Kampung Pulo, Zaki Munawar menyampaikan langsung filosofi hidup masyarakat adat yang masih dipegang erat hingga kini.

"Warga kampung memegang teguh tradisi leluhur, termasuk larangan menambah jumlah rumah di luar angka simbolis tujuh unit rumah, sebagai bentuk penghormatan terhadap warisan budaya dan nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8/2025).

Dalam kesempatan ini, Fadli juga mencicipi kuliner tradisional khas Garut, burayot. Jajanan khas berbahan dasar tepung beras dan gula merah ini telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dari Kabupaten Garut.

Fadli kemudian menuju Makam Eyang Embah Dalem Arif Muhammad dan Candi Cangkuang. Adapun kawasan ini merupakan satu ekosistem dari keharmonisan hubungan di masa lalu.

"Keberagaman, pemahaman pemeluk agama Hindu, Islam, dan juga pemeluk-pemeluk lain bisa hidup dengan damai di sini," ungkap Fadli.

Ia mengatakan candi peninggalan bersejarah agama Hindu di dalamnya terdapat patung Dewa Siwa. Patung ini menjadi simbol spiritual masa lalu dan menjadi bukti nyata dari harmonisasi keyakinan di wilayah ini.

"Ini tentu akan segera kita dorong agar Candi Cangkuang bisa ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat nasional," jelasnya.

Tak jauh dari candi, Fadli juga meninjau Museum Situs Cagar Budaya Candi Cangkuang, yang menyimpan berbagai manuskrip dan naskah fiqih berbahasa Arab, informasi arkeologis, serta dokumentasi proses pemugaran Candi Cangkuang.

Fadli juga menyaksikan proses pembuatan daluang, kertas tradisional Nusantara berbahan kulit pohon saeh yang digunakan untuk menulis naskah-naskah kuno.

Fadli berharap budaya lokal yang berkembang di Situs Cangkuang dapat terus dilestarikan. Ia pun menekankan pentingnya menjadikan situs ini sebagai bagian dari literasi sejarah dan destinasi wisata budaya nasional.

"Mudah-mudahan budaya lokal di situs ini bisa terus lestari, menjadi bagian dari literasi kita tentang masa lalu, sekaligus destinasi wisata budaya," ungkapnya.

Ia juga mengajak generasi muda untuk belajar dan melestarikan jejak sejarah Candi Cangkuang, sosok Embah Dalem Arif Muhammad, dan warisan budaya takbenda lainnya.

"Kita harapkan supaya generasi muda bisa mengenal dan belajar tentang ekspresi-ekspresi budaya lokal, seperti siraman yang sudah menjadi sebuah budaya di sini dan warisan budaya tak benda lainnya," harapnya.

Menutup kunjungan, Fadli berterima kasih kepada juru pelihara yang telah menjaga situs ini agar tetap terpelihara dengan baik.

"Terima kasih kepada para juru pelihara yang telah menjaga situs ini dengan penuh dedikasi. Ke depan, kita akan bantu juga dalam penataan koleksi museumnya," pungkasnya.

Tonton juga Video: Menyoal Sound Horeg: Budaya Lokal atau Masalah Sosial?




(anl/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork