Wakil Menteri Dalam Negeri RI (Wamendagri), Bima Arya Sugiarto mendorong pemerintah daerah (Pemda) untuk meningkatkan upaya dalam mendukung urusan lingkungan hidup.
Bima mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi iklim global saat ini. Mengutip pernyataan Sekretaris Jenderal PBB AntΓ³nio Guterres yang menyatakan 'selamat tinggal global warming, selamat datang global boiling'. Bima menyebut istilah tersebut menggambarkan betapa serius dan mengerikannya krisis iklim saat ini.
"Global warming to global boiling. Nah, Bapak-Ibu sekalian kita mau ngapain dalam konteks ini," kata Bima, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angka-angkanya itu betul-betul membuat kita harusnya punya awareness yang sama kuat dengan para aktivis-aktivis global," sambungnya.
Hal ini disampaikan Bima saat menjadi narasumber dalam Konferensi Nasional Pendanaan Ekologis 2025 dengan tema 'Memperkuat Tata Kelola Sumber Daya Alam Berkelanjutan dan Pendanaan Inovatif di Daerah: Peran Strategis Kemendagri dalam Agenda Perubahan Iklim'.
Bima juga menyoroti peran generasi muda dalam menyuarakan isu lingkungan. Ia mencontohkan Greta Thunberg yang berani mengkritik para pemimpin dunia karena dianggap gagal menyelamatkan bumi.
Di tingkat lokal, ia menyebut kelompok pemuda inspiratif bernama Pandawara yang menyuarakan isu lingkungan melalui media sosial. Kritik seperti itu, menurutnya, seharusnya menjadi pengingat bagi para pemangku kepentingan, termasuk di Indonesia.
Ia menegaskan jika pembangunan ekonomi Indonesia masih berjalan seperti biasa tanpa transformasi, maka target Indonesia Emas 2045 akan sulit tercapai.
"Kalau ekonomi pembangunan kita business as usual, modelnya sama saja, hilirisasi energi nggak ada, carbon trading kita nggak paham, maka kita nggak akan bisa Indonesia Emas tahun 2045. Ini saya kira poin yang sangat-sangat penting," kata Buma.
Lebih lanjut, Bima menceritakan pengalamannya saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB ke-21 (COP21) di Paris, di mana Indonesia menunjukkan komitmen penting terhadap isu iklim. Berkaca dari pengalaman itu, ia mendorong Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) untuk mengetuk palu penganggaran yang berpihak pada lingkungan di tingkat daerah.
Dukungan kepala daerah dan tokoh-tokoh lokal juga dinilai krusial dalam mewujudkan kebijakan ekologis. Selain pendanaan, Bima mendorong Pemda untuk membangun kebiasaan dan gerakan yang mendukung keberlanjutan, seperti Earth Hour dan Car Free Day (CFD).
"Menyelenggarakan Earth Hour ini bukannya sebatas event Bapak-Ibu. Ini bukan sebatas balai kota menjadi mati lampu dan ada lilin, enggak. Tapi pesannya yang sangat kuat harus ada konsistensi dalam bentuk kebijakan Car Free Day juga begitu," ucap Bima.
Ia mengingatkan penanganan perubahan iklim tidak bisa hanya berhenti pada kegiatan seremonial, melainkan perlu membangun ekosistem yang utuh, dari hulu hingga hilir, dalam rangka membentuk perubahan budaya. Di sisi lain, komitmen daerah terhadap pendanaan lingkungan dapat terukur melalui data-data yang tercatat dalam Sistem Informasi Pemerintahan Daerah (SIPD).
"Sekali lagi Bapak-Ibu sekalian, ini bukan sekadar mendukung buat event setiap momentum peringatan. Bukan juga sekadar mengalokasikan sedikit (anggaran) supaya terlihat dari Kemendagri, tetapi ini adalah tentang Green Leadership, membangun model kepemimpinan hijau," kata Bima.
Pada kesempatan itu, Bima juga menyerahkan Penganugerahan Ecological Fiscal Transfer (EFT) kepada sejumlah pemerintah daerah terpilih, yakni Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Bulungan, Kabupaten Siak, Kabupaten Jayapura, Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Maros, dan Kota Sabang.
Sebagai informasi, acara ini turut dihadiri oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup Diaz Hendropriyono, Inisiator Koalisi Masyarakat Sipil untuk Pendanaan Ekologis R Alam Surya Putra, Country Representative The Asia Foundation Hana A Satriyo, Gubernur Kalimantan Utara Zainal Arifin Paliwang, dan Gubernur Kalimantan Barat Ria Norsan.
Tonton juga video "Respons Wamendagri soal Putusan MK Wajibkan SD-SMP Gratis" di sini:
(prf/ega)