Melie Indarto, perempuan muda asal Pasuruan, Jawa Timur, sekaligus Founder KaIND, hadir sebagai pembicara dalam acara Talkshow Gelar Batik Nusantara 2025. Dalam kesempatan itu, ia membagikan sejumlah keresahan selama menggeluti industri fashion di Indonesia. Salah satunya adalah proses pembuatannya yang kurang ramah terhadap lingkungan.
"Di balik gemerlapnya industri fashion di Indonesia, salah satu yang membuat saya resah itu saat mengetahui bahwa ternyata fashion industry itu jadi industri penyumbang polusi terbesar kedua setelah minyak dan gas. Karena prosesnya banyak menggunakan chemical dari benangnya, kainnya, sampai pewarnaannya. Belum lagi limbah tekstil yang dihasilkan," ujar Melie pada acara Talkshow Gelar Batik Nusantara (GBN) di Pasaraya Blok M, Jakarta (01/08/2025).
Ia juga menyoroti ketergantungan Indonesia terhadap bahan baku impor. Melie mengatakan sebagian besar serat tekstil seperti kapas, linen, hingga rayon masih didatangkan dari luar negeri. Oleh karena itu ia menilai industri fashion dalam negeri belum sepenuhnya mandiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sampai sekarang, 99,9 persen serat yang kita pakai untuk bikin baju itu masih impor. Kita belum mandiri, bahkan belum mencapai kedaulatan serat. Jauh banget," katanya.
Di sisi lain, di kampung halamannya sendiri di Desa Karangrejo, Pasuruan, ia menemukan kekayaan budaya yang hampir hilang. Desa batik dan desa tenun perlahan kehilangan penerus, sebab para perajin terdahulu hanya mampu memproduksi kain-kain murah seperti kain lap tanpa ada regenerasi.
"Skill mereka yang senior-senior di kampung halaman saya ini terancam punah. Anak-anaknya nggak ada yang mau nerusin. Dari situ aku merasa harus mengisi celah itu, menjembatani budaya lokal yang kaya ini dengan selera anak muda sekarang," jelasnya.
Akhirnya Melie memutuskan untuk membentuk komunitas kecil yang mempertemukan para perajin senior dengan anak-anak muda dari latar belakang sederhana, seperti lulusan SD, SMP, bahkan mantan buruh pabrik. Mereka semua diberi pelatihan gratis selama 1-2 tahun untuk belajar membatik dan menenun, sekaligus membentuk pola kerja yang rapi dan sistematis.
"Mereka nggak punya latar belakang membatik atau menenun, tapi mereka curious. Nah, akhirnya komunitas itu kita buat untuk memfasilitasi pelatihan gratis, disamakan work ethic-nya, taste-nya, supaya bisa produksi kain yang tetap punya ruh lokal tapi sesuai selera pasar," ungkapnya.
Melie menambahkan keunikan KaIND berakar kuat pada filosofi brand yang sejak awal berdiri telah mengusung praktik sustainability secara menyeluruh. Tidak hanya berfokus pada bahan baku organik atau lokal, KaIND juga menempatkan etika kerja dan tanggung jawab terhadap lingkungan.
"Dari awal kita mendirikan KaIND, kita memang berangkat dengan sustainable practices yang holistik. Sustainability itu bukan cuma soal bahan, bukan cuma karena pakai katun atau serat organik. Tapi juga bagaimana kita memperlakukan orang, memperlakukan alam," pungkas Melly.
Dalam pembuatannya, bahan baku kain yang dipakai KaIND menggunakan sutra lokal. Sekadar diketahui, sutera yang digunakan KaIND berasal dari ulat yang menggunakan pakan lokal yakni daun singkong.
"Kita juga udah pake sutra Eri dibanding sutra China. Bedanya dengan sutra China apa, sutra Eri ini makannya daun singkong. Jadi lidahnya udah lidah lokal. Kalau yang kita tahu selama ini, mungkin sutra makannya murbei, tapi yang ini udah kayak restoran Sunda, makannya lalapan. Nggak perlu sterile chamber, low maintenance, dan bisa dibudidayakan langsung di rumah petaninya," paparnya.
Pada tahun 2022, kerja keras Melie Indarto melalui brand KaIND akhirnya membuahkan hasil. Brand ini dipercaya menjadi penyedia souvenir scarf dalam forum internasional G20 yang diselenggarakan di Indonesia. Sebanyak 400 scarf produksi KaIND ludes terjual hanya dalam kurun waktu dua minggu.
"Itu intens banget, tapi kami berhasil menyelesaikan pesanan sebanyak itu. Dan itu jadi bukti kalau produk lokal juga bisa tembus pasar global, asal kita punya sistem kerja yang kuat, SOP yang jelas, dan visi yang kokoh," ungkapnya.
Sebagai informasi, Acara Gelar Batik Nusantara (GBN) 2025 yang digelar Kementerian Perindustrian ini dilaksanakan mulai Rabu, 30 Juli hingga Minggu, 3 Agustus 2025, di Pasaraya Blok M. Rangkaian kegiatan yang berlangsung lima hari ini meliputi opening ceremony, talkshow bersama tokoh batik, fashion show, workshop kreatif, parade batik, hingga pertunjukan musik.
Tonton juga video "Industrial Festival feat Gelar Batik Nusantara 2025 Meriahkan Pasaraya Blok M" di sini:
(prf/ega)