4 Jurus Kemenperin Dukung Keberlanjutan Industri Batik

Hana Nushratu - detikNews
Jumat, 01 Agu 2025 16:26 WIB
Foto: dok. Rifkianto Nugroho/detikcom
Jakarta -

Kementerian Perindustrian RI (Kemenperin) mendorong keberlanjutan industri batik nasional. Batik dinilai tak hanya menjadi warisan budaya, namun diakui sebagai salah satu sektor industri kreatif yang mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Mengacu pada data Badan Pusat Statistik (BPS) Triwulan I 2025, nilai ekspor mencapai USD7,63 juta atau Rp 123,60 miliar (kurs Rp 16.200). Angka ini mengalami kenaikan 76,2% dibandingkan periode yang sama pada 2024.

Sebagai regulator, pemerintah melalui Kemenperin memiliki empat strategi untuk mendukung berkelanjutan industri batik. Pertama adalah menyiapkan sertifikasi industri hijau (SIH).

"Bagaimana peran Kementerian Perindustrian untuk mendukung sustainability (keberlanjutan) di industri batik? Kita punya sertifikasi hijau," kata Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kemenperin Dr Ir Doddy Rahadi, dalam sesi talkshow 'Batik & Keberlanjutan: Lestarikan Tradisi, Lestarikan Bumi' dalam acara Gelar Batik Indonesia di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (1/8/2025).

Dikutip dari laman Kemenperin, SIH merupakan sistem penilaian yang mengukur tingkat penerapan prinsip industri hijau. Beberapa indikatornya yaitu efisiensi bahan baku, energi pengelolaan limbah, dan aspek manajemen perusahaan.

Implementasi SIH membawa beragam keuntungan nyata. Di antaranya:

- Meningkatkan efisiensi sumber daya seperti energi (hingga 28%), air (hingga 21%), dan bahan baku (hingga 13%) secara signifikan.

- Mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) rata-rata 37%.

- Meningkatkan OEE (Overall Equipment Effectiveness/Efektivitas Peralatan Secara Keseluruhan) sekitar 10%.

- Mematuhi regulasi yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 dan Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017.

- Mendukung akses pasar hijau secara global.

"Kita harus ikuti prosedurnya, SOP-nya," sambung Doddy.

Langkah kedua, yaitu menyediakan teknologi produksi bersih untuk mengelola limbah industri batik. Limbah yang biasanya dibuang di sungai, diolah di sentra-sentra industri kecil dan menengah (IKM) agar lebih ramah lingkungan.

"Pengelolaan limbahnya satu saja, bersama-sama. Jadi itu lebih efektif dan harus yang irit," kata Doddy.

Berikutnya, Doddy menyebut Kemenperin juga menggelar program inkubator bisnis dan pelatihan sumber daya manusia (SDM). Hal ini dilakukan untuk mendorong produktivitas dan daya saing IKM di seluruh Indonesia. Sehingga, mereka pun siap untuk mengembangkan ekspor produk batik di mancanegara.

Terakhir, kampanye dan edukasi melalui festival serta pameran juga digalakkan oleh Kemenperin agar industri batik semakin naik kelas dan berkelanjutan. Salah satunya gelaran Industrial Fest x Gelar Batik Nusantara.

Tonton juga video "iPhone 16 Kantongi TKDN, Kapan Dijual di RI? Ini Kata Kemenperin" di sini:




(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork