Pendidikan merupakan hak dasar setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial maupun ekonomi. Sayangnya, akses pendidikan layak masih menjadi tantangan bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera di Jakarta.
Mahalnya biaya pendidikan, keterbatasan fasilitas, hingga kurangnya dukungan lingkungan, kerap menjadi hambatan dalam mengakses pendidikan.
Namun, harapan untuk mendapatkan pendidikan yang layak kini mulai terjawab lewat hadirnya program Taman Anak Sejahtera (TAS). Salah satu lokasi program ini adalah TAS Arutala di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Diresmikan pada Mei 2025 oleh Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, TAS Arutala hadir memberikan layanan pendidikan bagi anak-anak dari keluarga prasejahtera di kawasan Kebon Bawang.
Bagi para orang tua pekerja, keberadaan TAS menjadi angin segar sekaligus harapan lantaran mereka tak perlu lagi bingung mencari tempat penitipan anak pada jam bekerja.
"Alhamdulillah, sangat membantu warga yang kesulitan menitipkan anak, apalagi yang single parent. Jadi, kami bisa menitipkan anak di sini dengan aman," ungkap warga Kebon Bawang, Devita.
Senada, warga Kebon Bawang lainnya, Devi, mengaku senang karena di TAS Arutala, anak-anak dari keluarga prasejahtera bisa mendapatkan pendidikan usia dini yang layak, aman, dan nyaman.
"(Saya) senang, terus fasilitas anak-anak itu dijamin, dari makan, pakaian, tempat tidur, ruangannya, semua baguslah," katanya.
Upaya Wujudkan Pendidikan Layak
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan membangun 44 Taman Anak Sejahtera (TAS) di setiap kecamatan di Jakarta bagi keluarga pra-sejahtera.
Dalam pelaksanaannya, Pemprov DKI berkolaborasi dengan BAZNAS (BAZIS) DKI Jakarta dan didukung oleh Corporate Social Responsibility (CSR) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI Jakarta.
"Untuk sekarang, memang baru ada tiga lokasi TAS. Namun, mudah-mudahan dalam waktu dekat, bisa berkembang menjadi 44 lokasi. Di setiap kecamatan ada satu. Kehadiran TAS ini akan sangat baik bagi anak-anak yang memang rata-rata dari keluarga yang sangat tidak mampu," ucap Pramono.
Pramono berharap, dengan adanya TAS, anak-anak dari keluarga prasejahtera dapat memiliki kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan layak dan bisa mendapatkan Kartu Jakarta Pintar (KJP) agar bisa mewujudkan cita-cita.
"Harapan saya pribadi, anak-anak ini nanti begitu di SD, SMP dan seterusnya, mereka bisa mendapatkan KJP," ucap Pramono.
Sementara itu, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta, Iqbal Akbarudin, mengungkapkan, TAS Arutala bukan sekadar tempat bermain, melainkan berfungsi sebagai daycare yang juga memberikan pendidikan untuk anak.
Adapun anak-anak yang diterima di TAS merupakan warga yang terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) sebagai bagian dari program pengentasan kemiskinan ekstrem.
"Untuk masuk ke sini adalah mereka yang terdaftar dalam DTKS. Tidak semua orang bisa masuk ke sini. Ini juga bertujuan untuk program pengentasan kemiskinan," paparnya.
Berikut syarat masuk Taman Anak Sejahtera:
- Berasal dari keluarga prasejahtera yang dipastikan dengan home visit oleh petugas Taman Anak Sejahtera;
- Penghasilan orang tua di bawah UMP DKI Jakarta;
- KTP DKI Jakarta dan berdomisili di sekitar Taman Anak Sejahtera;
- Tidak menerima bantuan Kartu Anak Jakarta dan Kartu Penyandang Disabilitas Jakarta;
- Usia prasekolah (2-7 tahun);
- Anak dinyatakan siap mengikuti pelajaran di kelas.
DPRD Dorong Pemerataan Taman Anak Sejahtera
Selain menuai respons positif dari warga, hadirnya program Taman Anak Sejahtera juga mendapat dukungan dari DPRD DKI Jakarta. Ketua Komisi E DPRD DKI Jakarta, Muhammad Thamrin, berharap adanya pemerataan TAS di setiap wilayah kota/kabupaten. Saat ini, TAS baru berada di Kebon Bawang, Jakarta Utara; Duren Sawit, Jakarta Timur; dan Petojo Utara, Jakarta Pusat.
"Kita berharap, Taman Anak Sejahtera ini ada di seluruh daerah Jakarta, termasuk di Pulau Seribu," ujar Thamrin.
Menurutnya, hadirnya TAS ini penting, karena dapat membantu masyarakat yang ingin bekerja demi meningkatkan perekonomian keluarga, tetapi terkendala biaya membayar pengasuh untuk menjaga anak.
Selain berfungsi sebagai tempat penitipan anak, TAS juga mengedukasi. Termasuk memberikan pelajaran, makan, camilan, hingga susu, sehingga gizi anak terpenuhi.
"Justru kalau ada kesulitan gizi, bisa ditangani. Jadi, bisa mengantisipasi stunting juga, karena makannya, susunya, semuanya terjamin," pungkas Thamrin.
(akn/ega)