Anda pernah melihat rumput atau tanaman diselimuti lapisan es tipis di pagi hari, padahal sedang musim kemarau? Itu bukan salju, melainkan fenomena alam bernama embun beku atau embun upas. Embun beku biasanya ditemui di dataran tinggi.
Berikut penjelasannya.
Apa itu Embun Beku?
Mengutip laman resmi BMKG, embun beku sering muncul di daerah dataran tinggi saat puncak musim kemarau. Penyebabnya adalah suhu udara yang turun drastis hingga di bawah titik beku (0Β°C) pada malam hari yang cerah tanpa awan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fenomena embun es muncul saat suhu udara sangat dingin dan embun yang terkondensasi membeku. Akibatnya, lapisan es yang muncul akan menutupi tumbuhan dan permukaan tanah.
Biasanya, fenomena embun es berlangsung pada periode waktu terbatas, terutama saat musim kemarau (Juni - Oktober). Walaupun Indonesia merupakan negara tropis dengan iklim hangat (warm climate), embun es dapat terjadi pada wilayah dataran tinggi apabila beberapa kondisi cuaca terpenuhi.
Adapun menurut situs Britannica, embun beku merupakan endapan kristal es pada benda-benda yang terpapar udara bebas, seperti helaian rumput, cabang pohon, atau dedaunan. Embun beku terbentuk melalui kondensasi langsung uap air menjadi es pada suhu di bawah titik beku dan terjadi ketika udara mencapai titik bekunya melalui pendinginan.
![]() |
Dampak Embun Beku
Meskipun terlihat sangat indah dan fotogenik, embun beku ini bisa menjadi ancaman bagi para petani. Lapisan es yang terbentuk dapat merusak jaringan tanaman dan menyebabkan gagal panen.
Pada sektor pertanian, embun beku dapat menyebabkan tanaman menjadi layu, mati dan mengering. Fenomena ini juga berdampak pada kondisi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat di wilayah setempat.
Namun, di balik dampak buruknya, fenomena embun es mempunyai keunikan yang dapat dijadikan wisata bagi masyarakat. Salah satunya di Dieng, apabila fenomena embun es ini dapat dikelola dan dipromosikan dengan baik, dapat menjadi potensi wisata unik di Dieng yang dapat mendatangkan lonjakan kunjungan wisatawan yang signifikan dan meningkatkan perekonomian lokal.
Suhu Dingin Bukan karena Aphelion
BMKG mengungkapkan suhu dingin saat musim kemarau bukan karena fenomena Aphelion. Cuaca dingin yang dirasakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa, seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sebenarnya merupakan hal yang wajar dan terjadi setiap musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli hingga September.
Suhu dingin tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
- Mulai memasuki musim kemarau, yang ditandai dengan dominasi angin timuran (Monsoon Australia).
- Langit cerah yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari.
- Hujan yang masih terjadi di beberapa wilayah turut menambah rasa dingin karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari.
Lihat juga video: Penampakan Embun Es di Dieng, Suhu Mencapai Minus 3,61 Derajat