Mengenal Kejawen, Kebudayaan Jawa yang Tetap Lestari hingga Kini

detikjateng-jogja Awards 2025

Mengenal Kejawen, Kebudayaan Jawa yang Tetap Lestari hingga Kini

Moh Reynaldi Risahondua - detikNews
Selasa, 08 Jul 2025 20:05 WIB
BANYUMAS, INDONESIA - MARCH 17: Members of Bonokeling indigenous communities gather before enter at Bonokeling cemetery complex during Unggah-unggahan ceremony to welcome the Islamic holy month of Ramadan in Pekuncen village on March 17, 2023 in Banyumas, Central Java, Indonesia. Thousands of indigenous followers traveled to the Bonokeling cemetery complex, which they walked to without wearing footwear for up to 40km (25 miles) to express modesty. They carried cattle, rice, and snacks to be cooked and eaten together, in a tradition that marks the beginning of the Islamic holy month of Ramadan. (Photo by Ulet Ifansasti/Getty Images)
Foto: Getty Images/Ulet Ifansasti
Jakarta -

Jawa Tengah dikenal sebagai salah satu provinsi yang kaya akan warisan budaya. Jejak sejarahnya tak lepas dari keberadaan berbagai kerajaan besar seperti Mataram Hindu, Mataram Buddha (Syailendra), Demak, Pajang, hingga Keraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran.

Setiap kerajaan itu meninggalkan kekayaan budaya yang masih hidup hingga kini. Budaya Jawa Tengah banyak dipengaruhi oleh ajaran Kejawen, sebuah pandangan hidup masyarakat Jawa yang sarat nilai spiritual.

Kejawen lebih dari sekadar kepercayaan, melainkan menyatu dalam seni, tradisi, tata krama, hingga filosofi hidup orang Jawa. Dalam praktiknya, Kejawen mengajarkan manusia untuk hidup selaras dengan Tuhan, alam, dan sesama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ajaran utamanya dikenal dengan istilah Sangkan Paraning Dumadhi, yang berarti 'dari mana manusia berasal dan ke mana akan kembali'. Ajaran ini mencerminkan pengakuan terhadap keesaan Tuhan sejak masa lampau.

Kejawen juga berkembang berdampingan dengan agama formal yang dianut masyarakat. Tak heran muncul istilah Islam Kejawen, Hindu Kejawen, Buddha Kejawen, hingga Kristen Kejawen.

ADVERTISEMENT

Tradisi-tradisi Kejawen seperti Nyadran (ziarah makam sebelum Ramadan), Mitoni (siraman ibu hamil tujuh bulan), Tedhak Sinten (ritual anak turun tanah), hingga Wetonan (peringatan hari lahir berdasarkan kalender Jawa) masih dijalankan oleh banyak warga hingga kini.

Kekayaan budaya inilah yang menjadi semangat detikcom dalam menyelenggarakan detikJateng-Jogja Awards 2025. Ajang ini memberi apresiasi kepada individu, tokoh masyarakat, komunitas, dan pelaku usaha di Jawa Tengah dan Yogyakarta yang telah menunjukkan nilai-nilai inspiratif, inovatif, dan berdampak positif bagi masyarakat.

Awarding Ceremony tersebut akan dilaksanakan pada 23 Juli 2025 di Wisma Perdamaian Semarang. Berlangsung selama 1 hari, acara ini tidak hanya memberikan penghargaan saja, akan ada music performance dari Yuni Shara yang akan bernyanyi dan menghibur masyarakat di Jawa Tengah.

Tak perlu khawatir, bagi yang tidak bisa hadir secara langsung, ajang perhelatan detikJateng-Jogja Awards 2025 juga akan disiarkan secara live streaming di platform detikcom, detikJateng, dan detikJogja. Jangan sampai lewatkan kesempatan ini ya detikers!

(prf/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads