'Manggarai Bershalawat' menjadi senjata Gubernur Jakarta Pramono Anung dalam menghentikan aksi tawuran yang terus terjadi di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Warga berharap agar para pelaku tawuran bisa dirangkul.
Belakangan tawuran di kawasan Manggarai ini menjadi sorotan karena terjadi dalam dua hari berturut-turut. Aksi tawuran ini memang tampaknya sudah menjadi budaya turun temurun sejak lama.
Para pelaku tawuran itu diharapkan bisa menjalin silaturahmi antarkampung. Warga bernama Fajar (39) ini berharap juga ada pihak yang bisa menjembatani komunikasi antarwilayah itu.
"Jangan posisi anak-anak yang begajulan atau nakal itu makin dijauhi atau seperti apa lah. Jadi benar-benar harus anak-anak nakal itu diajak silaturahmi antarkampung. Insyaallah sih akan terbentuk juga," ujar Fajar saat ditemui di Manggarai, Jumat (16/5/2025).
"Cuma kalau untuk pendekatan masalah agamanya, boleh lah. Tapi sebenarnya juga harus ada langkah-langkah lain selain mengarah ke bershalawat ya. Misalnya setiap RT, LMK, Karang Taruna itu harus sering berkomunikasi atau bersilaturahmi lah, bersinergi lah antar RW-RW juga," tambahnya.
Fajar menilai pengajian dua wilayah yang kerap konflik itu akan dihadiri oleh sejumlah orang saja. Dia memberikan usul agar pemerintah bisa melakukan pendekatan terlebih dulu.
"Kalau pengajian gabungan itu ya sebagian efektif, karena nggak semuanya, walaupun mereka anak-anak Islam ya, tapi kan sulit untuk narik mereka ke keagamaan kalau langsung. Jadi ya benar-benar harus ada pendekatan dulu," ujar Fajar.
Warga lainnya, Donal (60), mengatakan pendekatan keagamaan bisa dilakukan dengan mengadakan pengajian gabungan. Pengajian tersebut bisa melibatkan penceramah dan ada dialog antarwarga.
"Mungkin bisa lah kalau pengajian gabungan gitu kan. Bisa, ada undangan pengajiannya di sini, di sana, gitu. Bisa, nanti kan dikasih lah. Ada penceramahnya, dialog atau apa gitu. Mungkin itu lebih bagus," tutur Donal.
(azh/azh)