Jakarta - Sebelum ke Bangkok, banyak teman saya yang bilang bahwa Bangkok semacet Jakarta. Hari pertama tiba di Bangkok, pesan itu memang benar adanya. Jalan kecil (soi) di depan hotel saya tampak tersumbat oleh lalu lintas mobil dua arah. Tapi kemacetan di Bangkok, menurut saya, tidak segila di Jakarta. Di Bangkok, saya lihat kendaraan lebih tertib berjajar. Motor yang berseliweran juga tidak sebanyak di Jakarta. Tidak ada klakson bersahutan, tidak ada pengemudi yang ugal-ugalan kecuali sebagian tuk-tuk.Selama di Bangkok, saya wira-wiri menggunakan Bangkok Transit System (BTS) Skytrain. Tarif terdekat 15 bath (1 bath = Rp 275). Skytrain di Bangkok beroperasi 1999 lalu dan angkutan massal ini mampu mencabut status Bangkok sebagai kota termacet di dunia. Selain skytrain, Bangkok juga punya MRT yang beroperasi tahun 2004. Kedua angkutan massal alternatif ini membuat bus-bus kota di Bangkok jarang terlihat penuh, apalagi digelayuti penumpang seperti di Jakarta. Bangkok juga lebih bersih dibandingkan Jakarta. Sungkan rasanya membuang sampah sembarangan di kota ini. Selama di Bangkok, saya hanya menemukan 1-2 pengemis. Sedang pengamen, saya tidak menemukan. Tukang ojek ada juga. Mereka mudah dikenali karena mengenakan rompi oranye. Tapi jumlahnya tidak sebanyak di Jakarta. Pusat belanja yang tidak boleh tidak Anda kunjungi bila Anda pergi ke Bangkok adalah Chatuchak Market. Bila ingin belanja oleh-oleh, pasar ini sangat disarankan dibandingkan tempat belanja lainnya di Bangkok. Sayangnya, pasar ini hanya buka Sabtu dan Minggu saja, pagi hingga sore. Pasar Chatuchak sangat luas. Di sini ada los untuk asesoris, binatang piaraan, celana jeans bekas, pakaian yang miring harganya, sutra, barang seni hingga koleksi perangko untuk penggemar filateli. Belanja di pasar ini sungguh keasyikan tersendiri. Untuk itu ada baiknya Anda mengenakan topi, handuk kecil juga boleh, untuk mengusap keringat yang bercucuran. Banyak pedagang yang menjual dagangannya dengan harga pas. Mereka menjawab,"
no discount" bila kita menawarnya. Tapi ada juga yang harus ditawar. Namun harga yang mereka pasang tidak terlalu tinggi kok. Tas yang cukup cantik ditawarkan 220 bath, kenanya 180 bath. Asesoris 150 bath, kenanya 120 bath. Jika Anda mencari kaos putih bergambar Thailand, harga termurah yang dipatok adalah 79 bath. Paling mahal 99 bath. Sedangkan di pasar lainnya, misalnya di Patpong, termurah 100 bath, itu pun sebelumnya pedagangnya membuka penawaran dengan harga 350-650 bath! Pasar Chatuchak sangat ramai, termasuk oleh turis Indonesia. Saat berbelanja di situ, saya bertemu dengan sejumlah orang yang menggunakan bahasa Suroboyoan dan seorang pemuda Indonesia yang tengah bertugas di Bangkok. Karena ramai, kita sebaiknya hati-hati. Penjahat tak segan-segan merobek tas kita, persis seperti di Pasar Tanah Abang sebelum renovasi. Untuk mencapai Pasar Cachuthak sangat gampang. Cukup naik skytrain dan turun di stasiun Mo Chit, sampai deh di pasar rakyat itu. Jalan-jalan di Chatuchak memang melelahkan tapi asyik. Untuk mengobati lelah, saya mampir ke tempat
Thai massage. Banyak tersedia panti pijat "baik-baik" di Bangkok. Tarifnya 1 jam 200 bath. Pijat Thai sangat asyik. Dari ujung jempol hingga ujung kepala kena pijatan semua.Esok paginya, waktu bagi saya dkk kembali ke Jakarta. Saya naik taksi ke Bandara Shuwarnabhumi dengan tarif yang telah dibanderol, 400 bath (termasuk uang tol dan tip). Bandara Shuvarnabhumi sangat megah dan indah. Banyak turis yang berfoto ria di sini. Rute mudik yang saya ambil adalah Bangkok ke Kuala Lumpur, lalu Kuala Lumpur-Jakarta. Berakhirlah sudah masa cuti saya yang murah meriah...
(nrl/ana)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini