Hal itu dikatakan CT dalam diskusi yang digelar The Yudhoyono Institute (TYI) di Grand Sahid, Jakarta, Minggu (13/4/2025). Dia menilai, latar belakang Trump sebagai pebisnis membuatnya berpikir Amerika Serikat harus selalu dalam posisi untung.
"Bahwa Presiden Trump ini adalah memiliki latar belakang pengusaha. Dia adalah seorang businessman. Seorang businessman pasti berpikir harus win, harus menguntungkan. Itu adalah filosofi bisnis," kata CT dalam paparannya.
CT menjelaskan bahwa kebijakan yang diterapkan Trump untuk menguntungkan negaranya sudah terlihat sejak masa jabatan pertamanya. Namun kebijakan tersebut menjadi lebih radikal ketika Trump kembali menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat untuk kedua kalinya.
"Tetapi pada periode kedua ini yang disebut Trump 2.0, langkah yang dilakukan oleh Presiden Trump menjadi lebih keras lagi dibandingkan dengan periode yang pertama. Yang dilakukan tentu saja adalah yang pertama adalah menaikkan tarif," ucapnya.
Dia melanjutkan, Trump telah mengungkap ada sejumlah negara yang melakukan negosiasi terkait kebijakan ini. Namun ada satu negara yang masih melawan, yaitu China.
"Satu negara yang tidak mau tunduk adalah China," tuturnya.
(ial/knv)