Melihat Tuah Warga Langkat Sumut dari Hasil Budi Daya Mangrove dan Nipah

Melihat Tuah Warga Langkat Sumut dari Hasil Budi Daya Mangrove dan Nipah

Mulia Budi - detikNews
Selasa, 03 Des 2024 18:42 WIB
Budidaya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budidaya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)
Budi daya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budi daya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)
Langkat -

Budi daya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumatera Utara (Sumut). Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budi daya mangrove tersebut.

"Di kampung pekerjaan kan nggak ada, apalagi ibu-ibu. Contohnya seperti saya, saya kan, jangankan kuliah, tamat SMA pun saya nggak. Jadi gara-gara ini, alhamdulillah, ibu-ibu yang nggak bekerja jadi bekerja," kata salah satu warga Pasar Rawa, Langkat, Sumatera Utara, Sabaria Hasibuan, saat ditemui di kediamannya, Selasa (3/12/2024).

Hasil Budi Daya Mangrove

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu hasil budi daya mangrove yang dilakukan warga Pasar Rawa adalah keripik Baronang Crispy. Keripik itu dibuat dari ikan Ketang yang hidup di akar mangrove.

Sabaria mengatakan satu bungkus keripik Baronang Crispy dijual dengan harga Rp 15 ribu dengan varian rasa original dan balado. Dia mengatakan warga di Pasar Rawa berencana membuat varian rasa baru untuk kalangan muda setelah rumah produksi dibangun.

ADVERTISEMENT

"Rencana lain seperti itu, nanti kalau rumah produksi kami sudah jadi, kami buat, produksinya sudah lancar, sudah maksimal, kami punya harapan kami bisa mencari rasa lain yang diminati kalangan anak muda sekarang," ujarnya.

Dia juga ingin membuat Baronang Crispy dengan harga Rp 5.000 per bungkus. Dia mengatakan hal itu dilakukan untuk menjangkau masyarakat ekonomi menengah ke bawah.

"Terus juga kemasan kami mau buat kemasan yang target kami itu menengah ke bawah, ini kan Rp 15 ribu untuk orang desa kan itu kemahalan gitu. Jadi kami mau buat untuk kemasan harga Rp 5.000," ujarnya.

"Insyaallah nanti kami bisa juga buat varian rasa baru dan kemasan baru," tambahnya.

Dia mengatakan pihaknya sudah mendapat permintaan pesanan dari Malaysia untuk keripik Baronang Crispy tersebut. Dia menuturkan pengurusan izin BPOM akan dilakukan tahun depan.

Budidaya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budidaya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)Budi daya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budi daya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)

"BPOM dan dari Kementerian Kelautan dan nilai gizi karena kalau kita ekspor, kita itu harus wajib ada nilai gizinya karena di luar sana orang kalau belanja itu kan bukan lihat rasa atau apa, lihat kandungan gizinya," ujarnya.

Dia mengatakan keripik Baronang Crispy dibuat dari ikan utuh yang aman dikonsumsi mulai tulang hingga kepala. Dia mengatakan hanya kotoran ikan ketang yang dibuang, sementara bagian lainnya dimanfaatkan untuk pembuatan keripik tersebut.

"Ada itu keripik kulit ikan, ikan pati, tapi kalau untuk ikan utuh, ini kalau ikan ini, sama tulangnya, anak-anak aman makan. Cuman kotoran aja yang dibuang, tulang, kepala semua bisa dimanfaatkan," katanya.

Tebang 1 Mangrove, Denda 1.000 Bibit

Ketua Kelompok Tani Hutan, Wahyudi mengatakan awalnya hanya ingin menanam mangrove dan menebangnya untuk arang. Dia mengatakan warga sepakat melestarikan mangrove dan menutup semua usaha dapur arang dengan beralih budi daya mangrove.

"Setelah izin (pengelolaan) itu keluar kami beserta masyarakat, kami langsung buat keputusan semua dapur arang kami tutup. Dapur arang nggak ada lagi, aman. Dulu di sini dapur arang banyak, dapur arang, dapur arang, dapur arang, ini pinggir jalan dapur arang semua, tungku untuk menghasilkan arang. Sekarang alhamdulillah satu biji pun sudah nggak ada lagi, kami ratakan semua. Kalaupun ada di luar daripada Desa Pasar Rawa, itu pun mereka bakar kayunya itu kayu rambutan, kayu darat gitu. Tidak mangrove lagi yang digunakan," tutur Wahyudi.

Wahyudi mengatakan warga yang kedapatan menebang mangrove akan dikenakan denda. Dia mengatakan denda itu berupa penggantian 1.000 bibit mangrove untuk pemotongan satu pohon mangrove.

"Kami buatlah peraturannya sendiri yaitu kalau nanti ada yang menebang kami tangkap, kami denda. Dendanya itu kami buat sendiri kesepakatan denda sosial yaitu menebang satu batang kayu, maka dia mengganti 1.000 bibit," ujarnya.

Wahyudi mengatakan budi daya mangrove lainnya yang telah dilakukan yakni menciptakan ekowisata hingga pemancingan. Dia mengatakan wisatawan mancanegara sudah pernah mendatangi Desa Pasar Rawa tersebut.

"Kami berkembang melihat ini untuk wisata bagus, kami buatlah untuk wisata pemancingan. Alhamdulillah kami sudah didatangin wisatawan mancanegara, kayaknya kami nanti, ini yang kedua di tanggal 8 (Desember) nanti bakal datang nanti wisatawan mancanegara. Mereka mencari ular, buaya sama binatang kera gitu. Binatang mangrove lah sifatnya, jadi mereka datang ke marin kayaknya mereka tertarik kelompok kita," ujarnya.

Budi daya lainnya adalah berupa produk olahan makanan dari buah mangrove. Dia mengatakan olahan makanan itu dibuat ibu-ibu Kelompok Tani Hutan di Pasar Rawa.

Lihat juga video: Indonesia Pimpin ASOF27: Komitmen Indonesia Terhadap Pengelolaan Mangrove dan Hutan

[Gambas:Video 20detik]



Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

"Kami coba di sini sama ibu-ibu dari istri anggota kelompok, yaitu kami buatlah kerajinan. Ini juga otodidak, kami tidak ada diajari dari mana-mana, ini otodidak, kamu buat karena takur terbuang sia-sia ikannya. Jadi kami olah, kumpulah ibu-ibu. Coba kita buat olahan makanan, buatlah keripik," ujarnya.

Hasil Budi Daya Nipah

Perwakilan Lembaga Pengolahan Hutan Desa, Rudi mengatakan warga Pasar Rawa juga melakukan budi daya pohon nipah. Dia mengatakan batang pohon nipah dapat mengeluarkan air yang manis untuk dijadikan gula.

"Ini setelah kita lenturkan, kita potong, kita sadap, dia akan keluar air. Airnya putih, bersih, tapi agak kental dia. Dan insyaallah dia manis airnya, manis. Setelah kita masak kurang lebih dua jam, akan terjadi pembekuan dan menjadi gula," ujar Rudi.

Budidaya mangrove membawa keuntungan bagi warga di Desa Pasar Rawa, Langkat, Sumut. Warga mempunyai pekerjaan baru dengan adanya budidaya mangrove tersebut. (Mulia Budi/detikcom)Warga Desa Pasar Rawa, Langkat mengolah nipah menjadi berbagai macam makanan dan minuman (Mulia Budi/detikcom)

Rudi mengatakan hasil produksi gula nipah dengan berat 250 gram dijual seharga Rp 10 ribu. Dia menuturkan gula itu aman untuk penderita kolesterol maupun gula tinggi.

"Ini manfaatnya untuk yang punya gula tinggi, atau kolesterol segala macam, ini nggak ada masalah. Ini sangat menjanjikan ternyata di Desa Pasar Rawa dan jujur ini sekarang satu butirnya kami kirim Rp 10 ribu nggak pernah ada yang nawar. Ini satu butirnya kurang lebih 250 gram, setelah kita larutkan dengan air hangat," ucapnya.

Dia mengatakan buah nipah juga dibudidayakan menjadi manisan hingga es buah nipah. Lalu, buah nipah itu juga dibuat keripik.

"Coba kita buat manisan buah nipah, dan alhamdulillah sudah kita praktikan alhamdulillah enak. Kita buat lagi pecahannya, apa itu? es buah nipah, ternyata enak. Jadi es buah nipah itu buahnya yang kenyal yang muda kita cuci bersih dicampurkan dengan air kelapa," kata Rudi.

"Dan kita turunkan lagi ternyata buahnya yang agak setengah mengkal itu bisa kita rajang halus menjadi keripik nipah, ada rasa. Mau yang pedas, balado," tambahnya.

Dia mengatakan lidi pohon nipah juga diproduksi menjadi lidi, sebagai alas pengganti piring. Kemudian, daunya dibuat menjadi atap hingga paper pembungkus rokok.

"Ada lagi ternyata satu pohon nipah ini saya rasa banyak banget manfaatnya, ternyata ini adalah harta karun yang selama di Pasar Rawa kami tidak paham dan tidak tahu," ujarnya.

Sabaria, Wahyudi dan Rudi menyampaikan terima kasih ke Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM). Mereka bersyukur mendapat pendampingan dari BRGM untuk budi daya mangrove.

Sebagai informasi, Mangroves for Coastal Resilience (M4CR) adalah program konservasi yang diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan World Bank. Program ini bertujuan untuk merehabilitasi ribuan hektar mangrove yang terdegradasi di 4 fokus lokasi yakni Riau, Sumatra Utara, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.

Rehabilitasi dilakukan untuk memperkuat ketahanan pesisir, mengurangi emisi karbon, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Selain fokus pada pemulihan ekosistem mangrove, M4CR juga mendorong pemberdayaan ekonomi lokal melalui berbagai program berkelanjutan yang melibatkan masyarakat, seperti ekowisata, produksi kuliner lokal, serta pelatihan pengelolaan sumber daya alam.

Program ini juga merupakan bagian dari komitmen Indonesia dalam aksi iklim global. Tujuannya yakni untuk mengurangi kerentanan masyarakat pesisir terhadap bencana alam melalui pendekatan konservasi yang terpadu.

Program M4CR dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) dengan dukungan instansi terkait. Salah satunya yakni Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads