PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) mendapat apresiasi dari para pelaku usaha pelayaran yang berkegiatan di Terminal Peti Kemas (TPK) Ambon atas peningkatan kinerja terminal pasca transformasi. Kepala PT Salam Pacific Indonesia Lines (SPIL) Cabang Ambon, Abraham Wattimena mengatakan saat ini pihaknya dapat menghemat waktu sandar kapal hingga satu hari.
Pasca transformasi TPK Ambon, rata-rata kegiatan bongkar muat peti kemas sebanyak 400 boks dapat diselesaikan dalam waktu 12 jam. Hal ini berbeda saat sebelum transformasi yang bisa memakan waktu 30 hingga 36 jam untuk bongkar muat dengan jumlah yang sama.
Menurut Abraham, salah satu faktor utama dalam meningkatkan kinerja operasional adalah keberadaan planning dan control di TPK Ambon. Selain itu, kesiapan muatan, alat dan keahlian pekerjaan operasional termasuk operator alat bongkar muat juga mendukung kecepatan pelayanan di TPK Ambon.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Rata-rata bongkar muat per jam bisa mencapai 25 boks per jam, bahkan pernah mencapai 30 boks per jam, tertinggi pernah mencapai 45 boks per jam," ungkap Abraham dalam keterangan tertulis, Kamis (17/10/2024).
Setiap bulan, jumlah kapal pelayaran PT SPIL yang berkegiatan di TPK Ambon sebanyak 10 call. Sebelum transformasi di TPK Ambon, kecepatan bongkar muat peti kemas berkisar antara 16-18 boks per jam.
Maka dari itu, pihaknya meminta kepada pengelola TPK Ambon untuk mempercepat proses penguatan dermaga dan penambahan rel Quay Container Crane (QCC) agar pelayanan lebih maksimal.
"Sudah hampir satu tahun ini hanya bisa dimaksimalkan untuk 1 tambatan, harapan kami pekerjaan dermaga segera selesai sehingga bisa untuk 2 kapal," katanya.
Hal senada disampaikan Mengko Kepala Operasional Temas Line Cabang Ambon, Kris yang menyebut mengenai percepatan kegiatan operasional.
Salah satunya didukung oleh kesiapan alat bongkar muat di lini 1 terminal, khususnya QCC yang mencapai 86%. Pihaknya berharap kesiapan alat bongkar muat di TPK Ambon bisa ditingkatkan menjadi minimal 90%.
Temas Lines setiap bulan mencatatkan 2 kedatangan kapal di TPK Ambon dengan rata-rata bongkar muat 150 boks peti kemas per kapal.
Dengan jumlah bongkar muat tersebut, saat ini rata-rata waktu tambat kapal selama 4 jam, meningkat daripada sebelum transformasi. Sebelumnya waktu yang dibutuhkan mencapai rata-rata 10 jam.
"Bagi kami pelayanan di lini 1 terminal yang dioperasikan oleh SPTP sudah sangat baik, yang perlu ditingkatkan adalah perbaikan layanan yang ada di lini 2," ungkap Kris.
Terminal Head TPK Ambon, Yandi Sofyan Hadi mengatakan transformasi di terminal dilakukan untuk meningkatkan layanan terminal. Cakupan transformasinya sendiri meliputi aspek people, process, dan technology.
Tahap pertama transformasi dilakukan dalam aspek standardisasi operasional terminal. Dilanjutkan dengan proses sistematisasi dengan implementasi TOS Nusantara sebagai sistem operasi terminal peti kemas.
Saat ini, TPK Ambon juga tengah melakukan pekerjaan peningkatan kekuatan dermaga peti kemas sepanjang 162 meter. Termasuk juga penambahan panjang rel QCC sepanjang 160 meter.
Sebagai informasi, TPK Ambon memiliki panjang dermaga 334 meter. Saat ini hanya 160 meter yang bisa dijangkau oleh QCC.
Dengan perkuatan dermaga dan penambahan rel ini, nantinya dermaga peti kemas yang dapat dijangkau QCC menjadi 320 meter. Sehingga dapat digunakan untuk pelayanan 2 kapal peti kemas.
"Kami memohon maaf jika pekerjaan di dermaga ini menjadikan kegiatan kapal menjadi terhambat karena hanya dapat digunakan untuk 1 kapal, ke depan dengan pekerjaan yang kami lakukan dapat meningkatkan kinerja operasional di TPK Ambon dalam memberikan pelayanan kepada perusahaan pelayaran," tutup Yandi.
(prf/ega)