Tak Kunjung Rampung, BKT Jadi Tempat Pemancingan
Kamis, 22 Mar 2007 18:20 WIB
Jakarta - Program Bang Yos mengatasi banjir dengan Banjir Kanal Timur (BKT) belum juga rampung. Daripada terbengkalai, masyarakat sekitar proyek menyulap BKT jadi tempat pemancingan.Nurhayati, warga Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, salah satu dari sekian orang yang asyik memancing di kolam ikan BKT. Tangannya cekatan mengairkan cacing tanah di mata kailnya. Mata kail itu pun dilemparkannya ke tengah BKT yang belum selesai dibangun. Plung. "Lumayan untuk menghabiskan waktu daripada di rumah nggak ngapa-ngapain. Hasil pancingan lumayan untuk lauk makan malam," ujar ringan wanita berusia 50 tahun itu asyik menunggui pancingnya di tepi BKT yang kini berubah layaknya kolam empang raksasa, Kamis (22/3/2007).Sejak pembangunan BKT, Nurhayati dan keluarganya mengaku tidak bisa hidup tenang. Suaminya, Martoyo (53), hanyalah seorang nelayan. Mereka berharap kepastian ganti rugi bagi tanahnya yang terkena proyek BKT. Makanya, untuk membunuh ketidakpastian nasib, Nurhayati menghabiskan waktunya dengan memancing, ditemani anaknya, Dewi (7)."Stress kalau dipikir-pikir terus. Mending mancing aja begini. Lumayan ngilangin bingung. Kalau dari kami sih tidak ada masalah. Harga sudah cocok, cuma banyak makelar tanah yang membuat uang tidak bisa cair, "ujar Nurhayati lirih tanpa membeberkan lebih jauh mengenai siapa makelar tanah yang ia maksud.Nasib serupa juga dialami Sugiyadi, tetangga Nurhayati. Pria berusia 39 tahun juga berharap ganti rugi tanahnya segera terwujud. Tak kunjung berbentuk, ya Sugiyadi memilih termangu di bibir kali BKT sambil menunggui pancingannya."Ya begini saja. Kalau lagi tidak melaut, ya memancing ngilangin suntuk. Kalau ganti ruginya sih memang tidak sebanding dengan harga pasaran. Per meter dihargai Rp 200 ribu. Sementara tidak jauh dari rumah saya, sudah Rp 350 ribu per meter persegi. Ya, kalau dihitung-hitung masih nombok. Bingung mau pindah kemana," tutur Sugiyadi sembari menarik mata kail cepat-cepat.Sejak proyek BKT terbengkalai tak terurus karena pembebasan lahan yang tak kunjung selesai, BKT teronggok begitu. Wujudnya kini lebih seperti kolam raksasa pemancingan di ujung utara Jakarta, ketimbang sungai. Angin sepoi-sepoi menambah nikmat warga sekitar nongkrong di BKT. "Kalau hari Minggu lebih banyak lagi, mas. Puluhan pemancing berjejer di tepi BKT," cerita Zakaria (45), warga Bekasi Utara, Jawa Barat, yang juga menjadi penggemar tempat pemancingan dadakan itu.
(Ari/ana)