Inovasi Bripka Arjunif Sulap Area Eks Tambang Jadi Embung Sumber Air Warga

Audrey Santoso - detikNews
Rabu, 02 Okt 2024 12:56 WIB
Foto: Bripka Arjunif di Embung Telago Air Hitam. (dok. istimewa)
Jakarta -

Areal bekas galian penambangan emas tanpa izin (PETI) di Kecamatan Bathin II Babeko, Bungo Jambi, lima tahun lalu disulap menjadi cekungan penampung air atau embung yang bermanfaat untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mengairi kebun warga, serta pemenuhan lauk makan warga sekitar. Pemanfaatan area PETI yang terbengkalai ini merupakan inisiatif Bripka Arjunif, bhabinkamtibmas Desa Sepunggur, Bathin II Babeko, Bungo, Jambi.

"Saya jadi Bhabinkamtibmas atau berdinas di Desa Sepunggur sudah mulai dari 2016. Di situ pernah kemarau panjang, di mana warga susah cari air. Jadi pada 2019 saat saya selesaikan masalah sengketa lahan warga, saya ke lapangan dan saya lihat ada bekas lahan penambangan emas tanpa izin (PETI) yang seperti lahan tidur," kata Arjunif kepada detikcom, Selasa (1/10/2024).

Dia mendapat informasi soal lahan bekas PETI tersebut sudah terbengkalai 30 tahun lebih. Dia lalu mengajak dan meyakinkan warga bersama pemerintah desa (pemdes) untuk bergotong royong mengalihfungsikan lahan tidur tersebut menjadi embung. Arjunif mengedukasi warga tentang sejumlah manfaat yang dapat dirasakan bersama jika ada embung.

"Informasinya lahan itu sudah tidak dikelola selama 30 tahun lebih. Lahan itu sudah nggak karuan lah kondisinya. Saya berinisiatif mengajak warga dan pemdes, dan instansi terkait untuk memanfaatkan area ini untuk cadangan air atau embung untuk mengatasi khususnya ancaman karhutla, dan secara umum untuk keperluan rumah tangga dan mengairi lahan pertanian," ujar Arjunif.

Foto: Embung Telago Air Hitam jadi sumber air. (dok. istimewa)

Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat menyambut baik gagasan tersebut. Kemudian Arjunif bersama masyarakat Desa Sepunggur berswadaya membersihkan lahan tersebut. Sekitar dua sampai tiga bulan bergotong royong, lahan pun bersih dan embung pun jadi.

"Embung ini sudah terbukti kalau kemarau enam sampai delapan bulan tidak kering, cadangan (air)-nya cukup," sambung dia.

Tantangan Bripka Arjunif dan warga desa dalam mengelola embung tak berhenti sampai di situ. Dia kembali mendengar mendengar keluhan dari warga soal akses jalan tak layak menuju lokasi.

"Jadi saya kembali ajak warga gotong royong bikin jalan ke embung. Dengan adanya jalan atau akses, mobil warga atau damkar tidak kesulitan mengambil air di embung," tutur dia.

Akses jalan sepanjang 500 meter pun dibangun agar kendaraan pengangkut air tim penanggulangan karhutla serta masyarakat yang membutuhkan air dapat sampai ke lokasi embung. Gagasan Bripka Arjunif pun berkembang hingga ke rencana budi daya ikan karena melihat di areal bawah embung terdapat cekungan-cekungan kecil yang dihidupi ikan secara liar.

"Di area bawahnya embung itu juga ada cekungan-cekungan kolam ikan, tapi tidak terkelola dan terawat, tidak digunakan lagi, mungkin sudah 40 tahun umur lahan itu. Ada 52 kolam di bawah embung. Saya lalu berkoordinasi dengan Dinas Perikanan (Pemkab Bungo) supaya memberikan bibit ikan," jelas Arjunif.

Arjunif bersyukur, warganya mendapat bantuan bibit Ikan Nila sebanyak 48.000 ekor yang pemberiannya dibagi menjadi dua gelombang. Tak hanya bibit ikan, Arjunif mengatakan warganya pun mendapat bantuan pakan ikan.

"Dua kali dibantu bibit, 25.000 ekor Ikan Nila, dengan 23.000 ikan yang sama, dan pakan ikan 6,1 ton dari Dinas Perikanan. Saya juga instalasi listrik di situ untuk menggerakkan budi daya ikan air tawar dibantu Dinas Perikanan," tutur Arjunif. Embung ini kemudian diberi nama Embung Telago Air Hitam.

Arjunif menuturkan perkembangan pengelolaan Embung Telago Air Hitam berjalan sesuai rencana. Masyarakat bahkan memanfaatkan air embung untuk mandi, mencuci pakaian, dan penyiraman tanaman holtikultura.

"Jadi aliran air embung bisa dimanfaatkan untuk kehidupan dan perekonomian masyarakat. Karena misalnya ikan sudah besar, bisa warga jual, lalu jadi kolam pemancingan rekreasi, dibuat macam pompong-pompong kecil untuk permandian anak-anak," kata dia.

Bripka Arjunif menerangkan dirinya dibantu 30 sampai 40 warga dalam proses alihfungsi lahan tidur bekas tambang hingga menjadi Embung Telago Air Hitam. Puluhan warga itu terbagi dalam dua kelompok tani.

"Ada dua kelompok tani perikanan yang saya bina, Kelompok Tani Embung Air Hitam dan Kelompok Tani Sejahtera," ungkap Arjunif.

Arjunif menegaskan tak ada motif keuntungan pribadi baginya dalam mengembangkan Embung Telago Air Hitam. Dia menekankan pemanfaatan embung untuk penanggulangan karhutla hingga budi daya ikan sepenuhnya dia kembalikan ke warga.

"Pengelolaan ini hanya untuk memotivasi masyarakat untuk ekonomi mereka lebih baik, embung terjaga agar bisa dimanfaatkan saat ada karhutla. Pengelolaan embung ini juga awalnya untuk edukasi masyarakat soal penanganan karhutla. Dari sini juga masyarakat belajar bahwa membuka lahan untuk kebun sawit, karet serta kebun lainnya tidak boleh dengan cara membakar," terang dia.

"Saya tidak bisniskan atau jual ikan-ikan skala besar. Antarwarga yang jual, misal ada warga lain yang dagang ikan, warga kami jual ke warga itu. Jadi terbantu warga yang pedagang daging ikan ini. Atau dia mau mancing sendiri, silakan. Saya buat ini bukan untuk keuntungan semata, tapi untuk menjadikan warga mandiri secara ekonomi," jelas Arjunif.

Foto: Anak-anak main air di Embung Telago Air Hitam. (Foto: dok. istimewa)

Dia juga menegaskan keuntungan dari pengelolaan Embung Telago Air Hitam langsung masuk ke kas kelompok tani, dan ada juga yang ke kantong pribadi petani ikan.

"Jadi kalau ada uang masuk itu ke kas kelompok, lalu ke kantong warga. Saya tidak mengambil hasil atau keuntungan dari situ. Misalnya ada bibit ikan 2.000 (ekor), saat sudah besar saya tidak minta bagi hasil," tegas dia.

Di sisi lain, Bripka Arjunif menceritakan budi daya ikan yang telah berjalan sekitar tiga tahun semenjak embung dibuka terdampak bencana banjir bandang. Hingga kini dia masih mengupayakan bantuan dari instansi terkait untuk menghidupkan Kembali budi daya Ikan Nila tersebut.

"Tapi awal 2023 kami dapat musibah hujan dengan curah terlalu tinggi penyebabkan banjir bandang di area embung kami. Jadi ikan di kolam kami yang target awal 5 ton, akhirnya hanya bisa panen 800 kg. Warga jadi kesulitan karena dampak banjir. Sisa ikannya pasca banjir bandang masih ada, tapi sekedar untuk makanan sehari-hari. Kami juga mau buka kembali budidaya ikan itu masih takut ada banjir bandang lagi, kasihan nanti warga rugi," keluh dia.

"Kalau sekadar untuk cadangan air karhutla, untuk mandi dengan kondisi embung sekarang ini masih bisa. Untuk perekonomian warga, karena pascabanjir bandang masih belum bisa, menunggu bantuan instansi terkait karena alirannya lumayan panjang," pungkas dia.

Polda Jambi menilai sosok Bripka Arjunif inovatif. Polda Jambi mengusulkan Bripka Arjunif dalam program Hoegeng Corner.




(aud/knv)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork