4. Unggah Propaganda ISIS Medsos
Kedua tersangka terorisme yang ditangkap Densus 88 itu juga aktif mengunggah narasi propaganda ISIS di media sosial. Konten yang diunggah di antaranya foto tersangka yang mengibarkan bendera ISIS sembari memegang senjata.
"Dengan cara mengunggah narasi-narasi dukungan dan propaganda terhadap ISIS di social media yang mereka miliki," kata Aswin.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diketahui pula yang bersangkutan mengibarkan bendera ISIS sembari memegang senjata disertai dengan statement atau ajakan untuk mendukung keberadaan Daulah Islamiyah atau ISIS," tambahnya.
Aswin mengatakan penegakan hukum terhadap para tersangka tersebut merupakan salah upaya pencegahan terjadinya tindak pidana terorisme, khususnya serangan atau teror. Meskipun, kata dia, keduanya tidak aktif dalam jaringan terorisme.
"Jadi mereka teradikalisasi, terpapar, dan kemudian memiliki niat melakukan serangan tersebut, termotivasi dari kegiatan di social media," jelas Aswin.
"Dua orang ini memang sengaja mengunggah dukungan. Jadi yang bersangkutan bukan hanya menjadi simpatisan tapi juga aktif menyebarkan, melakukan propaganda dukungan terhadap Islamic State atau Daulah Islamiyah tersebut," sambungnya.
5. Tak Berkaitan dengan Terduga Teroris di Batu
Densus sebelumnya juga menangkap seorang tersangka teroris jaringan Daulah Islamiyah atau ISIS, seorang remaja berinisial HOK, 19. HOK ditangkap di Batu, Jawa Timur pada Rabu, 31 Juli 2023 sekitar pukul 19.15 WIB.
Densus 88 memastikan tersangka kasus terorisme yang ditangkap di Batu itu tidak berkaitan dengan 2 tersangka teroris di Jakarta Barat. Meskipun ketiganya sama-sama teradikalisasi Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
"Tidak ada. Jadi nggak ada kaitannya dengan yang di Malang kamarin," kata Kombes Aswin.
Aswin membenarkan para pelaku teradikalisasi kelompok terorisme melalui lewat sosial media (sosmed). Namun, kata dia, mereka mengakses informasi dari sosial media grup dan laman (website) yang berbeda.
Menurutnya, fenomena itu menunjukkan bahwa banyak sekali grup-grup yang mencoba merekrut anggota teroris tanpa ketemu fisik.
"Ini menunjukkan bahwa banyak sekali grup-grup seperti ini yang mencoba merekrut tanpa ketemu fisik. Hanya melalui grup-grup sosial media atau pun propaganda di website website atau internet yang mereka miliki" ungkap Aswin.
Kendati begitu, Aswin menuturkan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatikan (Kominfo) untuk men-takedown unggahan radikalisme dan terorisme yang kerap dilakukan melalui grup socmed.
"Sudah banyak grup-grup sosial media ataupun website website yang kita laporkan yang sudah di-takedown atau dilakukan tindakan baik dari Humas Polri maupun dari Menkominfo," tutur Aswin.
(lir/fas)