Setelah berkali-kali menunaikan operasi pemulihan keamanan di Timor Timur, Singkawang-Sambas, Kalimantan Barat, dan Aceh, Firdaus Wulanto bertugas sebagai perwira staf logistik. Pada Desember 2004, Komandan Korps Brimob Irjen Sulvanus Yulian Wenas menugaskannya untuk mengurusi pengadaan kendaraan taktis (rantis) yang baru dari Korea Selatan.
Kendaraan lapis baja atau armoured personnel carrier (APC) berkapasitas 12 orang itu menjadi andalan Brimob hingga sekarang. Bentuknya seperti kotak dengan moncongnya yang lancip, dilengkapi senapan mesin berat, sedang, dan pelindung bagi juru tembak.
Selain mampu menahan terjangan proyektil, APC ini menjamin penumpang dan awaknya aman dari pecahan granat. Mesinnya buatan Mercedes-Benz, Jerman.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai orang yang ditugasi untuk membeli, Firdaus Wulanto-lah yang melakukan uji coba keandalan mesin, persenjataan, hingga implementasi perawatan. "Itu tidak ada di Akpol pelajarannya. Gue dapat secara autodidak dan kebetulan gue suka otomotif," kata perwira kelahiran Cengkareng, Jakarta Barat, pada 21 Maret 1976 itu, seperti tertuang dalam buku 'Tour of Duty Brimob 1997'.
![]() |
Buku setebal 600 halaman itu ditulis oleh Hendi Jo dan Martin Sitompul dan diterbitkan Matapadi Pressindo. Selain Firdaus, buku ini mengisahkan lika-liku pengabdian 37 alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) 1997. Mereka bagian dari 285 lulusan Akpol terakhir yang dilantik langsung oleh Presiden Soeharto di halaman Istana Merdeka pada 18 Desember 1997.
Dalam buku ini juga terungkap bahwa beberapa dari mereka yang berkarier di Brimob sebagian memang anak tentara, atau bercita-cita menjadi tentara (Angkatan Darat). Kalaupun masuk kepolisian, biasanya yang diincar adalah reserse, bukan Brimob. Namun mereka yang kemudian terpaksa menjadi anggota Brimob itu ternyata mampu menjalaninya dengan penuh tanggung jawab. Mereka rata-rata pernah terlibat dalam operasi di Timor Timur, Aceh, Papua, Ambon, dan Poso dengan torehan prestasi tersendiri.
Bahkan ada juga beberapa di antaranya yang bertugas sebagai penjaga perdamaian di negara-negara yang berkonflik, seperti Kombes FX Arendra Wahyudi (Darfur, Sudan), Kombes Hendrik Budhi Prasetyo (Afrika Tengah), Kombes M Fachry, dan Kombes Budhi Wardiman, yang kini bertugas sebagai agen BIN di Ankara, Turki.
Firdaus Wulanto, yang kini berpangkat komisaris besar, sebetulnya termasuk yang tak bercita-cita menjadi polisi. Bahkan dia cenderung membencinya karena di saat remaja kerap berurusan dengan polisi akibat ulahnya yang kerap tawuran dan gemar balapan di jalan raya.
"Kualat gue. Makanya kalau membenci sesuatu itu jangan berlebihan," ujarnya mengenang.
Kembali ke soal APC, Firdaus-lah yang mengusulkan agar menamai rantis tersebut Barracuda. Nama itu terinspirasi dari jenis ikan barakuda yang mampu hidup di kedalaman 500-800 meter di bawah permukaan laut.
"Ini hewan yang bisa hidup bertahan lama tanpa ada sinar matahari. Dia kuat," jelasnya.
Lihat juga Video 'TNI dan Brimob Bentrok di Sorong, Pangkoarmada III-Kapolda Tindak Personel Terlibat':