Salah satu peristiwa bersejarah dalam momentum Kemerdekaan Indonesia adalah detik-detik proklamasi kemerdekaan. Hal ini menggambarkan bagaimana suasana persiapan sebelum pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Berdasarkan informasi dari laman Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, berikut penjelasan tentang detik-detik proklamasi kemerdekaan RI.
Tentang Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI
Hari Jumat (17/8/2024) atau Jumat, 9 Ramadan 1364 H pada pukul 05.00 pagi, fajar memancar di ufuk timur disertai embun pagi masih menggelantung di tepian daun. Para pemimpin bangsa dan para tokoh pemuda keluar dari rumah Laksamana Maeda, diliputi kebanggaan setelah merumuskan teks proklamasi hingga dinihari.
Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia pada hari itu di rumah Soekarno, Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, pukul 10.00 pagi. Bung Hatta sempat berpesan kepada para pemuda yang bekerja pada pers dan kantor-kantor berita, untuk memperbanyak naskah proklamasi dan menyebarkannya ke seluruh dunia.
Menjelang pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, suasana di Jalan Pegangsaan Timur 56 cukup sibuk. Wakil Walikota, Soewirjo, memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan peralatan yang diperlukan, seperti mikrofon dan beberapa pengeras suara, sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud untuk mempersiapkan satu tiang bendera.
Situasi yang tegang membuat Suhud tidak ingat bahwa di depan rumah Soekarno itu, masih ada dua tiang bendera dari besi yang tidak digunakan. Ia malah mencari sebatang bambu yang berada di belakang rumah. Bambu itu dibersihkan, diberi tali, lalu ditanam beberapa langkah saja dari teras rumah.
Bendera yang dijahit Fatmawati Soekarno sudah disiapkan. Sementara itu, rakyat yang telah mengetahui akan dilaksanakan proklamasi kemerdekaan telah berkumpul di rumah Soekarno. Beberapa orang tampak gelisah, khawatir akan adanya pengacauan dari pihak Jepang. Matahari semakin tinggi, Proklamasi belum juga dimulai.
Waktu itu Soekarno terserang sakit, malamnya panas dingin terus menerus dan baru tidur setelah selesai merumuskan teks proklamasi. Para undangan telah banyak berdatangan, rakyat yang telah menunggu sejak pagi, mendesak Bung Karno untuk segera membacakan teks proklamasi.
Namun, Bung Karno tidak mau membacakan teks proklamasi tanpa kehadiran Mohammad Hatta. Lima menit sebelum acara dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih dan langsung menuju kamar Soekarno.
Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta, Bung Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu mengenakan stelan putih-putih. Kemudian keduanya menuju tempat upacara.
Upacara itu berlangsung sederhana saja. Latief Hendraningrat, salah seorang anggota PETA, segera memberi aba-aba kepada seluruh barisan pemuda yang telah menunggu sejak pagi untuk berdiri.
Serentak semua berdiri tegak dengan sikap sempurna. Latief kemudian mempersilahkan Soekarno dan Mohammad Hatta maju beberapa langkah mendekati mikrofon. Dengan suara mantap dan jelas, Soekarno mengucapkan pidato pendahuluan singkat sebelum membacakan teks proklamasi.
"Saudara-saudara sekalian! Saya telah minta saudara hadir di sini, untuk menyaksikan suatu peristiwa maha penting dalam sejarah kita. Berpuluh-puluh tahun kita bangsa Indonesia telah berjuang untuk kemerdekaan tanah air kita. Bahkan telah beratus-ratus tahun.
Gelombangnya aksi kita untuk mencapai kemerdekaan kita itu ada naiknya ada turunnya, tetapi jiwa kita tetap menuju ke arah cita-cita. Juga di dalam jaman Jepang, usaha kita untuk mencapai kemerdekaan nasional tidak berhenti. Di dalam jaman Jepang ini tampaknya saja kita menyandarkan diri kepada mereka, tetapi pada hakekatnya, tetap kita menyusun tenaga kita sendiri. Tetap kita percaya pada kekuatan sendiri.
Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya. Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita.
Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah proklamasi kami:
PROKLAMASI;
Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan Kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Jakarta, 17 Agustus 1945.
Atas nama bangsa Indonesia
Soekarno/Hatta.
Demikianlah saudara-saudara! Kita sekarang telah merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita! Mulai saat ini kita menyusun negara kita! Negara Merdeka. Negara Republik Indonesia, merdeka, kekal, dan abadi. Insya Allah, Tuhan memberkati kemerdekaan kita itu."
Baca di halaman selanjutnya.
(kny/imk)