Hari ini, ulama asal Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Syekh Sulaiman Arrasuli, meninggal dunia 54 tahun yang lalu. Syekh Arrasuli juga dikenal sebagai ulama tafsir dah thoriqoh yang berkali-kali diusulkan menjadi pahlawan nasional.
Dikutip dari laman Thariqah Al-Mu'tabarah Nahdlatul Ulama (NU) dan laman Lajnah Kemenag, Syekh Sulaiman Arrasuli atau yang dikenal dengan Angku Canduang nan Mudo dan Inyiak Canduang adalah seorang mursyid thariqah yang lahir di Candung pada 1871.
Dia merupakan putra dari seorang ulama terkemuka yang bergelar Angku Mudo Pakan Kamis, yaitu Syekh Muhammad Rasul.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semasa mudanya, Syekh Sulaiman banyak mengambil sanad keilmuan dari beberapa guru. Untuk belajar, ia berguru kepada Tuan Syekh Muhammad Arsyad Batu Hampar. Untuk mempelajari ilmu alat, ia mengambil sanad ilmu dari Syekh Tuanku Sami' Biaro.
Setelah menjalani pendidikan di Biaro, ia kemudian menuju Sungayang bersama Guru Tuonya, yaitu Tuanku Qadhi Salo, untuk menemui Tuan Syekh yang bergelar Tuanku Kolok (nenek dari Prof. Mahmud Yunus) yang alim, faqih, terutama dalam bidang Ilmu Faraidh hingga gurunya tersebut wafat.
Pasca wafatnya Tuanku Kolok, Syekh Sulaiman melanjutkan pelajarannya kepada Tuan Syekh Abdussalam Banuhampu dan kemudian pindah ke Sungai Dareh Situjuah Payakumbuh.
Tak berapa lama di Situjuah, melalui isyarat guru dan ayahandanya, Syekh Sulaiman selanjutnya hijrah ke Halaban untuk menemui ulama yang masyhur dalam tigo luak, yaitu Tuan Syekh Abdullah 'Beliau Halaban' (w. 1926). Bersamanya, Syekh Sulaiman belajar selama 7 tahun dan mendapat kepercayaan untuk menjadi 'Guru Tuo' dan diangkat menantu oleh gurunya tersebut.
Selain mengambil sanad dari ulama-ulama di Nusantara, Syekh Sulaiman juga mengambil sanad keilmuan dari Haramain, yaitu ketika dirinya menunaikan rukun Islam yang kelima.
Di Mekah, Syekh Sulaiman belajar kepada ulama-ulama kenamaan, yaitu Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Mukhtar 'Atharid as-Shufi, Sayyid Ahmad Syatha al-Makki, Syekh Usman as-Sarawaki dan Syekh Muhammad Sa'id Ba Bashil Mufti Syafi'i. Adapun vak keilmuan yang beliau dipelajari di Mekah mencakup ilmu 'Arabiyah (ilmu alat), Fiqih, Tafsir, Hadis, Tasawuf dan lainnya.
Sekembalinya Syekh Sulaiman dari Haramain ke Minangkabau, ia menyempurnakan ilmu tasawufnya dengan berbaiat Thariqah Naqsabandiyah dari gurunya Syekh Arsyad Batuhampar Payakumbuh dan mulai mengamalkan dan menyebarkan ajaran tersebut dengan mendirikan halaqah-halaqah dan madrasah.
Selain sebagai ulama yang alim, Syekh Sulaiman Arrasuli juga memiliki jiwa seni dan sastra yang tinggi. Hal tersebut bisa kita lihat melalui karya-karyanya yang ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Jawi-Minang. Syekh Sulaiman juga dikenal sebagai pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).
Sementara itu, dalam laman Kemenag, Syekh Sulaiman dikenal sangat berpegang teguh pada tradisi ilmiah umat Islam yang memiliki sanad keilmuan. Pada umumnya, ulama-ulama di Nusantara bersandar teguh pada kitab Tafsir al-Jalalain, sebuah kitab tafsir Sunni standar kosakata bahasa Arab yang ditulis oleh Imam Jalaluddin al-Mahalli pada 1459 dan muridnya, Imam Jalaluddin as-Suyuthi, pada 1505.
Karier kepenulisan Syekh Sulaiman Arrasuli dapat dijumpai dari beberapa karyanya yang berbentuk nadham syair berbahasa Minang.
Selain itu, Syekh Sulaiman Arrasuli memiliki banyak peran dalam melakukan kegiatan merebut kemerdekaan dan politik. Syekh Sulaiman Arrasuli wafat dalam usia 85 tahun pada 28 Rabi'ul Akhir 1390 H/1 Agustus 1970 dan dimakamkan di Kompleks pondok pesantren yang didirikannya, Madrasah Tarbiyyah Islamiyah, Candung, Bukittinggi, Sumatera Barat.
Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
Tahun lalu, Wapres Ma'ruf Amin pernah mengusulkan Syekh Sulaiman menjadi pahlawan nasional. Hal ini disampaikan saat menghadiri Milad ke-95 Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti) di Universitas Negeri Padang, Sumatra Barat (Sumbar).
"Seperti tadi dikatakan bahwa memang Perti telah banyak berbuat, terutama melalui pendirinya Syekh Sulaiman Arrasuli, dalam mendukung kemajuan bangsa. Khusunya di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial kemasyarakatan. Karena itu kehadiran saya dalam forum Perti ini juga menjadi salah satu bentuk komitmen pemerintah dalam menjaga hubungan baik dengan berbagai lapisan masyarakat, termasuk dengan Perti," kata Ma'ruf Amin, Jumat (5/5/2023).
Sementara itu, Bupati Agam, Sumatera Barat, Andri Warman terus berupay memperjuangkan gelar pahlawan nasional untuk Syekh Sulaiman Arrasuli atau Inyiak Canduang ini. Andri Warman bahkan mengantar langsung dokumen pengusulan calon pahlawan nasional untuk Nyiak Canduang ke Kementerian Sosial RI pada Kamis (28/3/2024).
Sebenarnya, pengusulan Syekh Sulaiman Arrasuli ini sudah dilakukan sejak 2022 tetapi belum lolos karena ada dokumen yang harus dilengkapi.
"Dengan upaya dan diiringi doa kita bersama, semoga tahun ini Syekh Sulaiman Arrasuli bisa lolos menjadi pahlawan nasional," katanya seperti dilansir Antara.
(rdp/idh)