Kelompok sopir Mikrotrans atau angkot JakLingko melakukan demonstrasi di depan Balai Kota DKI Jakarta kemarin. Hal tersebut membuat sejumlah pengguna JakLingko merasa kebingungan saat ingin pergi ke kantor.
Salah seorang warga, Agitsny (23), mengaku kebingungan saat pergi ke kantor kemarin. Ia mengaku terbiasa naik JakLingko lantaran dapat memangkas uang transportasi.
"Iya, kemarin kaget sih, kelabakan gitu. Udah nunggu lama tahu-tahunya lagi pada demo. Emang biasanya naik JakLingko karena kan gratis ya, jadi bisa hemat ongkos bulanan," kata Agitsny kepada detikcom, Rabu (31/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah menunggu cukup lama, ia pun memutuskan memesan ojek online agar cepat sampai ke kantor. Ia pun harus merogoh kocek lebih untuk segera sampai di kantor pagi itu.
"Ya akhirnya naik ojol ya karena kan udah nunggu lama tapi nggak dateng-dateng. Kemarin naik ojol ya sekitar Rp 22 ribuan deh. Biar cepet sampai kantor aja sih. Kalau naik TransJ, kan nanti nunggu lagi, lama lagi," tutur Agitsny.
Warga lainnya bernama Aisya (21) juga menggunakan JakLingko saat bepergian ke kantor. Namun ia mengaku telah mengetahui sopir JakLingko akan menggelar demo dari ibu-ibu di kompleks rumahnya. Lantas, ia mencari alternatif lain dengan menggunakan TransJ.
"Untungnya kemarin dikasih tahu ibu-ibu pas mau berangkat, katanya 'sopir JakLingko demo'. Ya sudah, saya ganti rencana, jadinya naik TransJ aja," kata Aisya.
Beruntung, berkat informasi dari ibu-ibu kompleks rumahnya itu, Aisya tidak telat sampai kantornya.
"Nggak sih, nggak telat. Soalnya, kan dikasih tahu ibu-ibu. Jadi saya langsung bablas jalan kaki ke halte TransJ terdekat," tambah Aisya.
Untuk diketahui, kelompok sopir Mikrotrans atau angkot JakLingko melakukan demonstrasi dengan memarkir angkot di Balai Kota DKI Jakarta, Selasa kemarin. Duduk perkara ini bermula dari keluhan para sopir terkait upah hingga surat izin trayek.
Para sopir menuntut upah layak dan akses lebih mudah bagi sopir reguler dalam penerbitan surat izin trayek. Mereka menuntut adanya transparansi dalam pembagian kuota armada untuk koperasi mitra operator program JakLingko.
"Khususnya operator mikrolet, selalu saja dipersulit oleh TransJakarta, dicari-cari kesalahannya dan pembagian kuota yang kecil, namun harus dibagi ramai-ramai. Padahal anggota kami yang mengoperasikan angkutan reguler juga sebetulnya mau bergabung ke dalam program JakLingko, namun tak kunjung bisa karena kuotanya sangat-sangat terbatas," kata Fahrul Fatah selaku koordinator lapangan aksi dalam tuntutannya, Selasa (30/7).
(lir/lir)