Siswa SD di Kalsel Belajar Sambil Main di Alam Terbuka, Nadiem Beri Apresiasi

Dea Duta Aulia - detikNews
Kamis, 18 Jul 2024 19:12 WIB
Foto: dok. Kemendikbudristek
Jakarta -

Belasan anak tertawa riang di halaman Sekolah Dasar Negeri (SDN) Karau, Limpasu, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan. Hutan nan lebat jadi latar belakang keseruan mereka.

Seorang peserta didik bercerita sambil memegang sebuah buku. Ia ditemani dua temannya. Sementara teman-teman lainnya menyaksikan mereka dari atas tumpukan batang kayu. Lima anak dalam posisi duduk dan lima lainnya berdiri. Hal ini adalah sekelumit gambaran praktik baik pembelajaran menyenangkan yang dihadirkan oleh para guru di daerah tersebut.

"Belajar sambil bermain di lapangan sekolah yang menyatu dengan alam sekitar membuat peserta didik lebih bahagia, berani, dan percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya," kata Guru SDN Karau, Herni Nopiani dalam keterangan, Kamis (18/7/2024).

Sebagai fasilitator bagi peserta didik, Herni memberikan dukungan penuh kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pemanfaatan alam sekitar sebagai sumber belajar dapat memberikan pengalaman yang bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.

"Peserta didik dapat mengembangkan koneksi yang lebih kuat dengan lingkungan mereka dan memperdalam pemahaman mereka tentang berbagai konsep ilmiah dan sosial," jelasnya.

Menurut Herni metode pembelajaran yang diterapkannya dapat membantu anak meningkatkan kesadaran lingkungan. Kemudian, para peserta didik juga dapat mengapresiasi keanekaragaman alam.

Cara mengajar Herni mendapat apresiasi langsung dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim. Hal itu Nadiem sampaikan dalam gelaran Anugerah Merdeka Belajar 2024 di Plenary Hall Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Jumat (5/7).

"Saya senang dan bangga mendengar cerita tentang Ibu Herni Nopiani dari Hulu Sungai Tengah dan Ibu Ni Luh Desy dari Buleleng yang menjadikan alam dan hutan sebagai ruang kelas," kata Nadiem.

Nadiem menilai ini adalah bukti nyata dari kepemilikan bersama gerakan Merdeka Belajar. Gerakan untuk mengakselerasi kualitas pendidikan Indonesia yang sudah sepatutnya terus kita lanjutkan.

"Saya yakin masih banyak lagi praktik baik yang dilakukan guru-guru hebat di seluruh Indonesia," ujarnya.

Nadiem juga memberikan apresiasi kepada pemerintah daerah yang menaungi Herni, yakni Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), dengan Anugerah Utama Kelompok Pemda Transformatif pada Anugerah Merdeka Belajar 2024.

Pemkab HST mendapat tiga penghargaan sekaligus dalam ajang bergengsi yang digelar oleh Direktorat Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Ditjen PDM) Kemendikbudristek.

Kemendikbudristek Foto: dok. Kemendikbudristek

Selain anugerah utama, Pemkab HST mendapat Anugerah Merdeka Belajar Kategori Transformasi Anggaran Pendidikan dan Kategori Transformasi Pembelajaran.

"Gerakan Merdeka Belajar yang sudah kita jalankan selama lima tahun terakhir sekarang adalah milik Ibu-Bapak semua. Milik para kepala daerah, kepala sekolah, guru, serta orang tua dan anak-anak Indonesia," ungkap Nadiem.

Sementara itu, Bupati Hulu Sungai Tengah Aulia Oktafiandi mengucapkan terima kasih atas sederet anugerah yang diberikan kepada pemerintahannya. Dia mengatakan bahwa penghargaan yang didapatkan merupakan hasil kolaborasi pemerintah daerah, pihak sekolah, guru, murid, orang tua, dan pihak terkait lainnya.

Menurut Aulia, transformasi lewat gerakan Merdeka Belajar mulai terlihat hasilnya dalam dua tahun terakhir. Ia mencatat tingkat literasi dan numerasi di HST terus meningkat.

"Kami anggap Kurikulum Merdeka sangat sesuai dengan tujuan kami, yaitu bagaimana memanusiakan manusia, bagaimana mengajar anak-anak supaya belajar itu menyenangkan," kata Aulia.

Meski begitu, gerakan Merdeka Belajar di HST menghadapi sejumlah tantangan. Pertama, anggaran daerah yang jauh lebih kecil dibandingkan kabupaten atau kota yang berada di Pulau Jawa. Tetapi meskipun anggaran bidang pendidikan kecil, pihaknya akan memfokuskan penggunaan anggaran tersebut untuk meningkatkan sumber daya manusia di daerahnya.

Tantangan kedua adalah para guru di HST rata-rata sudah senior sehingga memerlukan waktu untuk beradaptasi dalam penggunaan teknologi. Pemkab HST menggunakan pendekatan-pendekatan tertentu untuk mengakselerasi kemampuan mereka.

"Sehingga mereka bisa langsung loncat dan bisa beradaptasi dengan perkembangan kurikulum," ungkap Aulia.

Pemkab HST mengakui menghadapi tantangan geografis yang menyebabkan beberapa daerah kesulitan mengakses internet. Aulia mencatat 2 dari 11 kecamatan di HST masih kesulitan mengakses internet karena berada di pegunungan.

"Tahun ini insyaallah akan kami dorong penggunaan internet yang disubsidi langsung oleh pemerintah daerah sehingga mereka tinggal memanfaatkan teknologinya saja," jelas Aulia.

Dia menegaskan tantangan tersebut dihadapi oleh Pemda HST dengan cara mendorong kolaborasi ekosistem pendidikan serta memberikan penyadaran terhadap ekosistem pendidikan bahwa pendidikan butuh kolaborasi dan gotong royong bersama. Selain itu menurutnya ekosistem pendidikan harus berfokus pada peningkatan kompetensi dan karakter peserta didik.

"Hal ini selaras dengan semangat gerakan Merdeka Belajar yang selama ini dijalankan oleh pemkab HST untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan. Ke depannya, ekosistem pendidikan perlu bergotong royong untuk merawat dan melanjutkan berbagai upaya ini secara berkelanjutan," tutup Aulia.

Simak juga Video 'Nadiem Ngeluh ke DPR Anggaran 2025 Kurang, Minta Naik Rp 25 T':






(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork