Emisi hingga Bakar Sampah di Balik Kualitas Udara Jabodetabek Parah

Emisi hingga Bakar Sampah di Balik Kualitas Udara Jabodetabek Parah

Tim detikcom - detikNews
Jumat, 21 Jun 2024 07:30 WIB
Udara Jakarta ditutupi kabut pada pukul 09.30 WIB, Selasa (18/6/2024)-(Haris/detikcom)
Foto: Udara Jakarta ditutupi kabut pada pukul 09.30 WIB, Selasa (18/6/2024)-(Haris/detikcom)
Jakarta -

Penyebab kualitas udara di Jabodetabek yang menurun beberapa waktu lalu diungkap oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Emisi kendaraan hingga pembakaran sampah menjadi faktor utama.

Kualitas udara, di Jakarta khususnya, menjadi sorotan setelah situs IQ Air menempatkan Jakarta sebagai kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia Selasa (18/6/2024) pagi. IQ Air menyatakan kualitas udara di Jakarta tidak sehat.

Dilihat dari situs IQ Air, Selasa (18/6), indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 194 atau tidak sehat. Polutan utamanya ialah PM 2,5.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 23,4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," demikian tertulis dalam situs IQ Air.

Data yang digunakan IQ Air ini berasal dari sejumlah kontributor, mulai KLHK, BMKG, US Department of State, hingga sejumlah perusahaan swasta.

ADVERTISEMENT

KLHK lantas buka suara atas kualitas udara di Jabodetabek. Ada sejumlah faktor yang memengaruhi turunnya kualitas udara di lingkup Jabodetabek, salah satunya emisi kendaraan.

"Jadi harus disampaikan bahwa hasil identifikasi kami seperti yang kami lihatkan di sistem kita, bahwa sumber pencemaran itu dari kendaraan bermotor, emisinya, (kendaraan) pribadi, niaga, baik itu motor, kendaraan roda empat, ini yang pertama," kata Dirjen Penegakan Hukum KLHK Rasio Ridho Sani dalam konferensi pers di KLHK, Kamis (20/6/2024).

Kedua, kata Rasio, faktor yang mempengaruhi penurunan kualitas udara yakni kegiatan usaha atau industri. Selanjutnya, Rasio menjelaskan, ada juga faktor pembakaran terbuka yang dilakukan oleh masyarakat hingga kegiatan pembangunan.

"Termasuk di dalamnya ada pembangkit-pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), kemudian juga pabrik semen, kemudian juga ada peleburan logam, kemudian juga ada kegiatan lain yang menggunakan energi, khususnya dari batu bara dan sebagainya," terang Rasio.

"Yang ketiga, kami melihat juga bahwa ini diakibatkan adanya pembakaran terbuka yang dilakukan oleh masyarakat, serta kegiatan konstruksi, itu kan membuka lahan luas. Kemudian kalau mereka tidak mengelola, mengendalikan debu-debunya, maka akan lepas kan," ungkapnya.

Khusus pembakaran terbuka, dia meminta kepada masyarakat untuk menghentikan kegiatan tersebut. Dia menyebutkan faktor-faktor inilah yang memengaruhi penurunan kualitas udara, khususnya di wilayah Jabodetabek.

"Maka kami harapkan, hentikan pembakaran secara terbuka oleh masyarakat. Kemudian kegiatan industri juga harus dapat mengendalikan debu-debu dari kegiatan-kegiatan mereka, baik langsung di lokasi maupun debu-debu yang ada di kendaraan digunakan, baik itu truk khususnya. Ini yang kami lihat berkaitan penurunan kualitas udara di Jabodetabek," ujar Rasio.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya

KLHK Sebut Kualitas Udara Jakarta Belum Separah 2023

Sementara itu, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) KLHK, Sigit Reliantoro, mengatakan menyebutkan kondisi udara saat ini tidak separah pada 2023.

"Jadi sebetulnya kita belum separah di waktu tahun 2023, karena kita masih ada hujan di beberapa minggu. Karena ada hujan, jadi itu bisa membersihkan udara di atmosfer itu sehingga udaranya bagus, seperti di hari kemarin ya, habis hujan, kelihatan udaranya pulih," kata Sigit.

Sigit menjelaskan, sejauh ini pihaknya telah berkomunikasi dengan BMKG perihal Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) jika terjadi penurunan kualitas udara secara terus-menerus di Jakarta dalam kurun satu pekan ke depan.

"Kemarin kita sudah diskusi dengan teman-teman TMC di BMKG, 'Pak, kalau misalnya nanti ada satu minggu terus-terusan kuning atau tidak sehat, maka kami akan berkirim surat untuk bisa difasilitasi untuk melakukan TMC'," jelas Sigit.

Dia menyebutkan salah satu TMC yang sempat dilakukan pada tahun lalu seperti water mist, yakni penyebaran air dalam bentuk kabut halus. Namun, menurut dia, sejauh ini penggunaan water mist baru akan dilakukan jika kondisi cuaca tergolong ekstrem.

"Pada waktu yang Asian Summit-nya itu, di pas hari-hari dilaksanakan Asian Summit itu, dilakukan TMC dengan water mist dan itu memang bisa mereduksi partikular atau pencemar yang ada di Jakarta, nah itu yang sudah kita koordinasi," sebut Sigit.

"Tetapi kita belum mendiskusikan untuk yang dari gedung-gedung yang water mist dari gedung-gedung, karena kita melihat upaya yang ada sudah masih mengatasi dan nanti kalau kondisinya se-ekstrem di tahun 2023, baru kita akan melakukan langkah koordinasi untuk kapan bisa diinfus seperti ini," pungkasnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads