Kunjungi Silicon Valley, MenPAN-RB Dialog soal SPBE dengan Diaspora

Kunjungi Silicon Valley, MenPAN-RB Dialog soal SPBE dengan Diaspora

Siska Nur Oktavia - detikNews
Kamis, 30 Mei 2024 16:14 WIB
KemenPAN-RB
Foto: Dok. KemenPAN-RB
Jakarta -

Diaspora Indonesia di Silicon Valley, menyambut hangat kedatangan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Abdullah Azwar Anas. Kunjungan tersebut turut membahas tentang pembentukan GovTech dan SPBE di Indonesia.

Dari pusat teknologi yang berlokasi di wilayah teluk San Francisco itu, Anas berdialog tentang pemerintah Indonesia yang mulai memasuki babak baru transformasi digital. Hal itu dilakukan melalui penerapan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) dan pembentukan Government Technology (GovTech) Indonesia (INA Digital).

"Mereka anak-anak hebat Indonesia. Saya bercerita kepada mereka bahwa Bapak Presiden baru saja meluncurkan GovTech Indonesia," ujar Anas dalam keterangan resminya, Kamis (30/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelaksanaan SPBE di Indonesia telah diakselerasi dan sejalan dengan best practices di dunia. Percepatan tersebut salah satunya berkat langkah strategis yang telah dilakukan, salah satunya dengan membentuk INA Digital sebagai penyelenggara keterpaduan ekosistem layanan digital pemerintah Indonesia yang dilakukan Bapak Presiden beberapa waktu lalu di Istana Negara.

Perlu diingat, GovTech Indonesia yang diberi nama INA Digital adalah penyelenggara keterpaduan ekosistem digital pemerintah Indonesia. INA Digital bertanggung jawab untuk menyelenggarakan aplikasi dan keterpaduan SPBE untuk mewujudkan pelayanan publik yang lebih berkualitas, terpercaya, dan efisien.

ADVERTISEMENT

Di Silicon Valley, Anas belajar ilmu yang nantinya bisa diterapkan dalam ekosistem digital Indonesia. INA Digital menjadi gerbang baru bagi pemerintah Indonesia untuk penerapan teknologi di sektor pemerintahan dan pelayanan publik.

"Mudah-mudahan dengan GovTech ini kedepannya Indonesia lebih terintegrasi sistem layanan publiknya," imbuh Anas.

Anas mengungkapkan, kurang lebih ada 60 warga Indonesia yang bekerja di kantor Google. Salah satunya adalah Alif Raditya, seorang software engineer pada bagian Google Web Crawler. Alif berkisah, budaya kerja di Google bersifat kolaboratif, serta adanya kebebasan untuk mencoba hal-hal baru di luar tugas pokok mereka.

"Kami sering kolaborasi dengan tim artificial intelligence (AI), dan ada kebebasan untuk mencoba produk lain yang tidak berhubungan dengan tugas utama," ungkap Alif.

Anas mengapresiasi pemuda Indonesia yang bekerja di pusat inovasi teknologi berkelas dunia itu. Area ini adalah lokasi lahirnya Perusahaan raksasa seperti Google, Apple, Meta, hingga Tesla, perusahaan otomotif milik Elon Musk. Ia berharap, kemampuan mereka di Silicon Valley bisa 'ditularkan' ke Tanah Air.

"Banyak anak-anak hebat dari Indonesia yang punya peran tidak kecil di perkembangan Google, semoga ilmu mereka nantinya dapat berguna pula bagi transformasi digital di Indonesia," pungkasnya.

(akn/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads