Kekeringan meteorologis merupakan salah satu jenis kekeringan yang sering terjadi di Indonesia. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kekeringan meteorologis merupakan salah satu fenomena iklim yang menjadi tantangan di berbagai wilayah di Indonesia.
Kekeringan merupakan jenis bencana alam yang umum terjadi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization/WMO), kekeringan adalah fenomena yang terjadi secara perlahan yang disebabkan oleh kurangnya curah hujan.
Secara umum, kekeringan dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu kekeringan meteorologis, kekeringan hidrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang kekeringan meteorologis:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Apa Itu Kekeringan Meteorologis?
Mengutip BMKG, kekeringan meteorologis adalah kondisi di mana anomali cuaca dan iklim yang mengakibatkan kurangnya curah hujan dalam periode tertentu. Dalam kondisi kekeringan meteorologis, yang terjadi penurunan curah hujan, peningkatan suhu, dan peningkatan evapotranspirasi.
Dalam mengukur gejala-gejala terjadinya kekeringan, salah satunya dapat diketahui melalui ciri-ciri berupa kekeringan meteorologis yang merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan. Kekeringan meteorologis disebabkan karena tingkat curah hujan suatu daerah di bawah normal.
Terdapat beberapa macam indeks yang digunakan untuk mendeteksi kekeringan meteorologis. Indeks kekeringan meteorologis yang digunakan berdasarkan WMO & Global Water Partnership antara lain Standardized Precipitation Index (SPI), Effective Drought Index (EDI), Palmer Drought Severity Index (PDSI), dan Standardized Anomaly Index (SAI).
Indeks dan indikator kekeringan tersebut memberikan gambaran tentang tingkat kekeringan meteorologis dengan mempertimbangkan curah hujan dalam berbagai skala waktu.
Dampak Kekeringan Meteorologis
Kekeringan meteorologis memiliki dampak yang serius terhadap kehidupan manusia dan lingkungan. Mulai dari dampak hidrologi, dampak agrikultur atau pertanian, kekeringan ekologis, hingga dampak sosio-ekonomi.
- Dampak hidrologi yakni berupa tingkat reservoir menurun.
- Dampak agrikultural berupa produktivitas pertanian yang menurun.
- Kekeringan ekologis adalah kekurangan air yang menciptakan kerentanan ekosistem, dan mempengaruhi karakteristik ekologi dan lanskap, penggunaan lahan dan air, dan pengelolaan sumber daya.
- Dampak sosio-ekonomi yang berkaitan dengan layanan ekosistem yang terkait dengan rekreasi satwa liar, dan penyerapan karbon.
Simak Video 'BMKG Ingatkan Potensi Kekeringan di Jatim hingga NTT pada Juni-Oktober':