Lalu, apa arti warna Bendera Buddhis? Bagaimana sejarah benda tersebut? Simak informasi di bawah ini.
Arti Warna Bendera Buddhis
Dilansir situs Kementerian Agama (Kemenag) Jateng, Bendera Buddhis berawal dari gagasan Panitia Pertahanan Buddhis Sri Lanka (Buddhist Defence Committee) di tahun 1885, untuk membuat bendera yang dapat menjadi simbol dan lambang yang dapat diterima oleh semua aliran umat Buddha di dunia.
Warna-warna pada bendera itu kemudian diambil dari warna aura tubuh Sang Buddha yang terdiri dari:
- Warna biru berasal dari warna rambut Buddha melambangkan bakti atau pengabdian;
- Warna kuning emas dari warna kulit Buddha melambangkan kebijaksanaan;
- Warna merah tua dari warna darah Buddha melambangkan cinta kasih;
- Warna putih dari warna tulang dan gigi Buddha melambangkan kesucian;
- Warna jingga adalah warna yang diambil dari warna telapak tangan, kaki dan bibir Buddha yang melambangkan semangat.
Sejarah Bendera Buddhis
Bendera Buddha dirancang bersama oleh Bapak JR de Silva dan Kolonel Henry S. Olcott untuk menandai kebangkitan agama Buddha di Ceylon pada tahun 1880. Bendera ini diterima sebagai Bendera Buddha Internasional oleh Kongres Buddha Dunia tahun 1952.
Kolonel Olcott merancang sebuah bendera dari enam warna aura yang dia yakini bersinar di sekitar kepala Sang Buddha setelah Pencerahan-Nya. Lima garis pertama bendera terdiri dari lima warna, yaitu biru, kuning, merah, putih, dan jingga.
Sementara itu, warna keenam merupakan konglomerasi dari kelimanya, tetapi untuk desainnya dipisahkan warna-warna penyusunnya.
Kelima warna Bendera Buddhis melambangkan gabungan kelima faktor yang telah disebutkan di atas. Gabungan kelima warna tersebut dikenal dengan istilah "Prabhasvara:, yang berarti bersinar sangat terang atau cemerlang.
Bendera kolonel kemudian melambangkan persatuan umat Buddha. Setelah itu, digunakan di seluruh dunia dan digunakan di hampir 60 negara selama musim perayaan umat Buddha, khususnya pada perayaan Waisak.
Kolonel Olcott adalah salah satu umat Buddha terbesar di Amerika yang mengabdikan hidupnya di kemudian hari sepenuhnya untuk masyarakat Asia. Ia dikenal sebagai bapak gerakan pendidikan Buddhis sejak ia memprakarsai pendirian hampir 400 sekolah dan perguruan tinggi Buddhis di Sri Lanka.
Simak juga Video 'Ramai soal Rencana Pemasangan Chatra di Puncak Candi Borobudur':
(kny/imk)