Puluhan bhante atau biksu berjalan kaki dari Thailand menuju ke Candi Borobudur, Magelang. Tradisi ritual religi yang disebut thudong itu dilakukan para bhante dalam rangka menyambut perayaan Waisak di Candi Borobudur pada 4 Juni 2023 mendatang.
Lantas apa yang dimaksud thudong seperti yang dilakukan oleh para bhante itu? Simak pejelasan beserta serba-serbinya berikut ini:
Mengenal Tradisi Thudong oleh Para Bhante
Melansir situs Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI), thudong adalah perjalanan ritual para bhante yang dilakukan dengan berjalan kaki ribuan kilometer. Untuk diketahui, bhante adalah nama panggilan bagi seorang biksu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tradisi thudong merupakan ritual keagamaan bagi umat Buddha yang dilakukan dengan berjalan kaki atau dianggap juga sebagai ritual perjalanan spiritual. Seperti yang dilakukan oleh para bhante yang berjalan kaki dari Bangkok Thailand menuju Candi Borobudur.
Tujuan para bhante melakukan thudong atau berjalan kaki dari Thailand hingga Candi Borobudur adalah salah satu bentuk perjalanan religi. Dalam menjalankan tradisi thuong itu mereka memakai jubah biksu, sepasang sandal, dan kaus kaki.
![]() |
Bhante Thudong dari Thailand ke Borobudur
Sebelumnya, Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Buddha Supriyadi melepas keberangkatan 31 bhante thudong dari Thailand di kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (11/5/2023). Mereka akan melanjutkan perjalanan menuju Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah (Jateng).
Supriyadi menyampaikan selamat datang dan terima kasih kepada panitia atas kerja kerasnya sehingga kegiatan yang telah dirancang cukup lama dapat berjalan dan berlangsung dengan baik dan lancar. Dia berharap perjalanan bhante menuju Candi Borobudur berlangsung dengan lancar dalam lindungan para Buddha Bodhisattva.
"Semoga tekad bapak dan ibu semua bisa menjadikan seluruh harapan dapat diraih dan dijadikan sebagai pemahaman atas kita dalam menyambut dan memperingati Tri Suci Waisak. Detik-detik Waisak di Indonesia akan dirayakan pada pukul 10.40 WIB. Mudah-mudahan kita dapat melaksanakan dan mendapatkan berkah dari apa yang kita peringati dan kita rayakan," harap Supriyadi.
Sementara itu, Bhante Dhammavuddho menjelaskan bahwa thudong merupakan tradisi berjalan yang sudah berlangsung sejak dahulu. Zaman Sang Buddha, belum ada vihara, belum ada tempat tinggal para bhante. Oleh sang Buddha, para bhante diberi kesempatan tinggal di hutan, gunung, atau gua.
"Jadi dalam setahun, mereka akan berjalan seperti ini selama empat bulan untuk melaksanakan tradisi ini. Kebetulan karena di Indonesia ada Candi Borobudur, bertepatan Hari Raya Waisak, dan mereka jalan dari Thailand," terangnya seperti dilansir situs Kemenag RI.
Untuk diketahui, para bhante akan melanjutkan perjalanan thudong menuju ke Candi Borobudur dengan melewati jalan raya Bekasi, Cirebon, Semarang dan sampai di Magelang, Jateng. Mereka akan mengikuti perayaan Waisak 2567 BE tahun 2023 pada 4 Juni mendatang.
Tradisi Thudong Pertama Kali di Borobudur
Perwakilan Manajemen PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko, Emilia Eny Utari mengatakan agenda seperti thudong para bhante itu merupakan sesuatu yang luar biasa. Perayaan Waisak tahun ini menjadi berbeda seiring kegiatan spiritual thudong yang baru pertama kali.
"Kami dari manajemen candi tentunya sangat memberikan apresiasi dan nanti pada saat tiba di Candi Borobudur, kami dari Manajemen, Direksi akan menyambut khusus, untuk sekaligus bisa memberikan kesempatan, melakukan puja, naik ke Candi Borobudur. Nanti kita akan atur. Mudah-mudahan semua apa yang menjadi harapan bhante peserta Thudong bisa mendapatkan kelancaran tiba dengan selamat, sehat selalu," kata Emilia Eny Utari seperti dilansir situs Kemenag RI.
Simak Video: Cerita Perjalanan Biksu yang Jalan Kaki dari Thailand ke Indonesia