Karateka muda itu bertekad akan menjadi polisi yang memerangi kejahatan, khususnya begal, jika sudah lulus pendidikan Bintara dan dilantik sebagai anggota Polri. Satrio mengaku tak ingin ada masyarakat yang mengalami kejadian nahas seperti dirinya.
"Saya tidak mau ada masyarakat yang terkena seperti saya," ujar Satrio.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ayah Satrio, Teguh Raharjo (57), juga berterima kasih kepada Jenderal Sigt atas kesempatan yang diberikan kepada anak pertamanya. Dia berharap Polri dapat membentuk Satrio menjadi pribadi yang ksatria dan bijaksana.
"Terima kasih, Bapak Kapolri. Saya bisa lihat anak saya pakai seragam polisi. Tolong bimbing anak saya. Kalau suatu saat anak saya menjadi polisi yang sombong, tolong ditegur," ujar Teguh saat ditemui detikcom.
Teguh pun berpesan agar Satrio tidak melanggar hukum. Dia ingin anaknya selalu jujur ketika kelak menjadi polisi.
"Harus jujur, berani itu nomor satu, apa pun keadaannya, harus jujur. Kejujuran itu nomor satu, apalagi kamu penegak hukum, bukan pelanggar hukum, berat hukumnya jika kamu penegak hukum tapi melanggar hukum," ujar Teguh.
Teguh berharap Satrio tetap rendah hati. Dia ingin Satrio menjadi mentor bagi kedua adiknya.
"Kamu anak pertamaku, kamu harus menjadi mentor dari adik-adikmu. Bapakmu orang Jogja, tanamkan rendah hati di dirimu, itu prinsip," kata Teguh.
![]() |
Teguh bersyukur karena Satrio bisa menjadi anggota Polri berkat kuota khusus disabilitas yang diberikan oleh Kapolri. Dia bangga akan bisa melihat anaknya memakai seragam polisi.
"Saya sudah tua, tapi syukur alhamdulillah bisa melihat anak saya nanti memakai seragam polisi. Anak saya masih muda, tapi sudah saya tanamkan fondasi agama. Dia mengerti salat dan Al-Qur'an," sebut Teguh.
Simak selengkapnya kronologi Satrio dibegal hingga jari nyaris putus di halaman berikutnya.