Indonesia merupakan negara yang kaya akan satwa liar endemik. Sebut saja seperti Badak Sumatera dan Elang Jawa. Sayangnya, kedua satwa tersebut semakin terancam punah.
Plt Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas (Konservasi Badak Sumatera) Hermawan menyampaikan ada banyak tantangan dalam melakukan konservasi Badak Sumatera. Salah satunya pengelolaan habitat, di mana banyak area yang terbuka sehingga ada potensi kebakaran hutan yang sering terjadi dan hampir setiap tahun terjadi.
"Lalu masih terjadinya gangguan ilegal yg dilakukan masyarakat salah satunya perburuan satwa. Banyak mungkin karena permintaan pasaran internasional dinilai badak memiliki nilai ekonomi, karena culanya (dilirik) di luar negeri atau di dunia," ujar Hermawan dalam sesi talkshow pada acara Pekan Keanekaragaman Hayati yang digelar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kamis (16/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bahkan kami sering baku tembak dengan para pelaku (perburuan satwa). Ada juga yang melakukan dengan senjata api dan menggunakan jerat," sambungnya.
Guna mencegah kepunahan badak sumatera, pihaknya melakukan berbagai strategi dengan berkolaborasi bersama berbagai pihak. Salah satunya melalui sosialisasi kepada masyarakat setempat.
"Kami bersama mitra melakukan sosialisasi di masyarakat dari tingkat anak sekolah melalui seminar. Termasuk kami di lapangan ada kampanye konservasi," paparnya.
"Kita juga melakukan pemulihan ekosistem dan penanaman pakan. Ke depan untuk menjawab tantangan dilakukan rencana aksi darurat untuk mengamankan konservasi badak," lanjutnya.
Sementara itu, di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), upaya pelestarian satwa elang jawa terus digencarkan. Tim Taman Nasional Gunung Halimun Salak Zaini menyampaikan Gunung Halimun Salak merupakan salah satu habitat terbaik bagi elang jawa.
Dalam rangka menjaga kelestarian elang jawa, ada beberapa upaya konservasi elang jawa di Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Pertama, monitoring secara rutin dan berkala. Monitoring dilakukan terhadap 7 site monitoring dan juga terhadap 10 sarang aktif elang jawa.
"Kedua adalah pembinaan habitat melalui kegiatan pemulihan ekosistem. Saat ini, zona rehabilitasi di TNGHS seluas kurang lebih 13.000 hektare dan sudah dilakukan pemulihan ekosistem sampai dengan tahun 2023 seluas 8.000 hektare," ucapnya
Selanjutnya, perlindungan pohon sarang aktif elang jawa melalui kebijakan patroli secara rutin setiap bulan. Pihaknya juga meningkatkan kesadaran masyarakat melalui pendidikan konservasi dan kampanye melalui media cetak, elektronik dan sosial media serta publikasi. "Ini menjadi hal penting untuk menumbuhkan kepedulian untuk konservasi elang jawa," jelasnya.
"Terakhir pembangunan dan peningkatan fungsi Pusat Suaka Satwa Elang Jawa (PSSEJ)," pungkasnya.
Simak juga 'Sedah Mirah, Bayi Badak yang diukir di Pameran Indonesia's FOLU NETT SINK 2030':