Modifikasi Cuaca untuk Bencana Hidrometeorologi di Sumbar, Ini Penjelasan BMKG

Modifikasi Cuaca untuk Bencana Hidrometeorologi di Sumbar, Ini Penjelasan BMKG

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Kamis, 16 Mei 2024 10:44 WIB
Petugas Smart Aviation berbincang dengan tim usai menabur garam untuk modifikasi cuaca di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman, Sumatera Barat, Rabu (15/5/2024). Tim penabur  menaburkan 2 ton garam pada Rabu (15/5/202) ke langit wilayah Sumbar di ketingggian 10-12 ribu kaki dalam kegiatan teknologi modifikasi cuaca pengendalian dampak bencana di daerah itu yang akan dilakukan hingga lima hari ke depan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/YU
Modifikasi cuaca Sumbar untuk pencegahan bencana (Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akan mengoptimalisasi operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah Sumatera Barat (Sumbar). Hal ini untuk menyemai awan hujan sebelum memasuki wilayah bencana.

Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat di Sumbar untuk mewaspadai potensi hujan sedang hingga lebat sampai sepekan ke depan. Berikut informasinya.

Apa itu Modifikasi Cuaca?

Dilansir situs Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) adalah suatu bentuk upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu agar mendapatkan kondisi cuaca seperti yang diinginkan. Disebut sebagai suatu teknologi karena aktivitas memodifikasi cuaca pada dasarnya merupakan suatu aplikasi yang memerlukan sentuhan teknologi dalam prosesnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Indonesia Baik oleh Kominfo, TMC adalah teknologi yang bisa mencegah hujan atau untuk membuat hujan buatan. TMC terbukti efektif dapat mengendalikan bencana sejak dulu, mulai dari mengatasi kekeringan, mengisi waduk hingga mencegah banjir.

Modifikasi Cuaca di Sumatera Barat

Banjir bandang melanda sejumlah kabupaten di Sumatra Barat pada Sabtu (11/5/2024) dan menewaskan puluhan orang. Terkait bencana alam di Sumbar, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan akan mengoptimalisasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) di wilayah langit Sumatra Barat untuk menyemai awan hujan sebelum memasuki wilayah bencana.

ADVERTISEMENT

Sebanyak 15 ton garam disiapkan untuk disemai sebanyak tiga kali sorti penerbangan satu hari dan berlangsung dalam lima hari ke depan.

Dalam hal ini, BMKG berkolaborasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Operasi TMC merupakan cara modifikasi cuaca dengan menabur zat NaCl di langit menggunakan pesawat dan dianggap paling efektif untuk mengendalikan potensi awan hujan.

"Curah hujan masih akan berlangsung sepekan ke depan dengan intensitas sedang sampai sangat lebat maka potensi terjadinya banjir lahar hujan dan banjir bandang masih ada," kata Dwikorita, dikutip dari laman Instagram BMKG @infoBMKG, Rabu (15/5/2024).

Dwikorita berharap operasi TMC akan memudahkan proses pencarian korban, evakuasi, dan normalisasi lingkungan, seperti penguatan lereng sungai dan perbaikan jalan-jalan yang putus akibat diterjang banjir lahar hujan dan banjir bandang pada Sabtu (11/5/2024) malam.

Potensi Hujan hingga 22 Mei 2024 di Sumbar

Berdasarkan hasil analisis BMKG, wilayah Sumatera Barat diperkirakan akan diguyur hujan hingga tanggal 22 Mei 2024 dengan intensitas sedang hingga sangat lebat. Hal ini tentu menjadi perhatian bersama karena berdasarkan data PVMBG, endapan hasil erupsi Gunung Marapi masih memiliki volume yang sangat banyak di lereng gunung.

BMKG menginformasikan hingga tanggal 13 Mei 2024 berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, sedangkan pada tanggal 14 Mei diperkirakan ada penurunan intensitas hujan menjadi ringan, lalu pada tanggal 15-17 Mei 2024 diprediksi akan terjadi peningkatan curah hujan lagi hingga tanggal 22 Mei 2024.

"Artinya kewaspadaan terhadap terjadinya banjir lahar hujan, juga Galodo atau banjir bandang serta longsor ini masih akan berlanjut paling tidak hingga tanggal 17-22 Mei atau sepekan ke depan. Maka, masyarakat dihimbau untuk menghindar atau menjauhi lereng-lereng bukit atau gunung yang rawan longsor," kata Dwikorita.

"Kami terus memonitor awan-awan hujan dan memberikan peringatan dini di wilayah yang rawan dan ini sudah kami cek di lapangan kami keluarkan peringatan dini. Ada beberapa daerah rawan yang sebelumnya tidak ditutup, sekarang ditutup karena masuk ke daerah rawan sehingga saat turun lahar semoga tidak terdampak," ujarnya.

(kny/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads