Pedagang kaki lima (PKL) yang saban hari mangkal di terowongan Jalan Kendal, Jakarta Pusat (Jakpus), mengeluhkan soal larangan berjualan di area tersebut. Mereka berharap keberadaan mereka dimaklumi lantaran untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Kami mau tenanglah. Kami kan jualan mau cari makan, pedagang kecil kan, orang kecil. Kalau kita nyewa ruko, kita nggak ada uang. Mau nyari makan, biarkan, izinin-lah. Jangan terlalu ketat, asalkan aman, nggak ribut, gitu aja kan," kata salah satu PKL, Zainal, kepada detikcom di lokasi, Kamis (9/5/2024).
Kakek 60 tahun ini mengatakan, saat Satpol PP melakukan penertiban, dirinya langsung melarikan diri. "Lari saya, banyak yang kena, dibawa ke kantor gerobak-gerobak, kursi-kursi, saya lari, mendadak aja itu," sambung dia
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Zainal memohon diizinkan berdagang kembali di Terowongan Jalan Kendal. Dia menilai usahanya menghidupi keluarga dengan menjadi PKL lebih baik ketimbang mengemis.
"Ya daripada kami minta-minta, gitu kan. Biarlah kami usaha, izinkanlah untuk rakyat kecil kita kan cari makan, bukan kekayaan. Tapi kalau orang berduit bisa aja dagang di mana aja. Kalau kami, gimana?" tuturnya.
PKL lainnya, Andre (32), mengeluhkan hal sama. Namun dia berharap Satpol PP tak hanya melarang, tapi juga memberi solusi agar dagangan mereka tetap laku meski dipindah lokasi.
"Kalau keluh kesah semua pedagang, pasti adalah. Cuma harapan semua pedagang itu 99 persen dikasihlah di belakang layar. Pemerintah juga arahin pengunjung itu ke sini, diarahin, bikin plang wisata kuliner," tuturnya.
Sebab, menurut Andre, Terowongan Kendal adalah lokasi strategis. Sedangkan lokasi yang disediakan pemerintah untuk berdagang saat ini jauh dari kerumunan penumpang KRL dan pejalan kaki.
"Kita bukan nggak percaya rezeki, nggak, diatur Allah. Cuma kalau ke sini, orang males, kejauhan. Kedua, pengunjung nggak tahu juga di sini ada makanan, kecuali yang sudah tahu saja, kayak orang-orang kantor. Tapi kalau Sabtu-Minggu kan jarang banget," tutur Andre.
"Kalau di depan (Terowongan Kendal) kan ramai gitu, cuma memang kita juga sebagai pedagang ngerasa gitu, salah juga dagang di depan," sambung dia.
Simak juga Video 'Ratusan Pedagang Serbu Kantor Walkot Bandung Gegara Penggusuran PKL':
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
Berbeda dengan Zainal dan Andre, PKL bernama Yudi (38) mengaku menerima larangan berjualan di Terowongan Jalan Kendal. Dia menuturkan Satpol PP telah memberi toleransi kepada dirinya dan rekan-rekannya untuk berjualan di sekitar lokasi, selain di Terowongan Kendal.
"Diizinin sih sekarang sama Satpol PP, dikasih keringanan, boleh dikasi toleransi. Razia iya memang ada Senin itu, tapi ya itu tergantung pedagangnya ya. Kalau pada ngeyel jualan di sana, ya nggak dibolehin lagi. Cuma ada saja yang bandel dikasih di sini, malah ke sana (Terowongan Kendal)," jelas Yudi.
Kondisi Terkini Terowongan Kendal
Banyaknya PKL di kawasan itu sempat viral di media sosial. Dalam video viral yang dilihat, PKL menjajakan aneka makanan dan minuman di sepanjang terowongan.
Mereka tampak meletakkan gerobaknya di dalam terowongan dan melayani pembeli. Tak hanya itu, PKL juga meluber ke jalanan sekitar Terowongan Kendal, tepatnya di depan pintu masuk Stasiun MRT maupun LRT.
Keberadaan PKL membuat kondisi di lokasi menjadi semrawut. detikcom mencoba memantau situasi terkini dengan menyusuri kawasan Terowongan Kendal siang ini. Terlihat kondisi terowongan sudah steril dari PKL.
Terpampang plang bertulisan 'Terowongan Kendal Sudah Rapi Aku Minta Kamu Tidak Berjualan Disini'. Kemudian ada juga spanduk berukuran besar yang ditempel di dekat terowongan bertulisan 'Dilarang Berjualan di Sepanjang Area Ini'.
Sejumlah petugas Satpol PP juga berada di lokasi untuk memastikan PKL menaati aturan.
Simak juga Video 'Ratusan Pedagang Serbu Kantor Walkot Bandung Gegara Penggusuran PKL':