Indah Permata Hati tak kuasa menahan tangis saat menyebut cita-citanya, "Aku pengin jadi Miss Universe."
Remaja 17 tahun ini memang penggemar berat ajang kecantikan. Sejak kecil, Indah hobi menjajal hak tinggi sepatu milik sang bibi, sembari mematut-matut diri di pantulan kaca. Indah pun bermimpi untuk menjadi peragawati, lalu mengikuti kontes ratu kecantikan dunia suatu saat nanti.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, realita seakan menghantam mimpi Indah. Kondisi ekonomi keluarganya tidak terlalu baik. Orang tua Indah adalah pedagang dengan penghasilan tak menentu. Jangankan untuk mengejar karier sebagai model, membayar uang bulanan untuk sekolah saja keluarganya kesulitan.
Prihatin dengan perjuangan kedua orang tuanya, Indah tak tinggal diam. Waktu senggang Indah pun diisi dengan kegiatan mencari cacing di sekitar rumah untuk dijual kembali. Hal ini dilakukannya demi menambah uang saku.
Akan tetapi, menjual cacing tidaklah cukup untuk membantu perekonomian keluarga. Indah pun terus berangan-angan, seandainya saja ia bisa bekerja sebagai model untuk mengangkat derajat kedua orang tua. Pertanyaannya, dari mana ia harus memulai?
Dewi fortuna seakan mendengar mimpi Indah. Saat ia sedang mencari cacing dengan kawan-kawannya, ia dihampiri Lia Ayu Susilowati. Lia adalah pemilik Sanggar Seni Saelia, sebuah wadah untuk muda-mudi Cikupa, Tangerang Selatan, mengasah bakat seni secara gratis. Berbagai kegiatan dari membuat kerajinan, kelas tata rias, modelling, tari, dan lain-lain diajarkan di sanggar tersebut.
"Ibu Lia manggil, manggil kita semua, 'Ayo, kalian mendingan ke sanggar. Ikut Ibu, biayanya gratis nggak usah bayar apapun. Nanti diajarin bikin-bikin kerajinan,' gitu," kenang Indah di program Sosok detikcom.
Dua tahun pun berlalu sejak Lia mengajak Indah bergabung di sanggarnya. Sejak saat itu, Indah tak lagi sibuk mencari cacing untuk uang tambahan. Kini, Indah menghabiskan waktunya di sanggar untuk berlatih tari, tata rias, serta modelling. Tak hanya itu, Indah juga kerap mengikuti ajang lomba modelling, serta menjadi instruktur tari di Sanggar Budaya Saelia.
"Pengaruhnya, lebih ke banyak baiknya sih kak. Kayak, punya kegiatan yang positif, terus juga ada pemasukan juga kadang-kadang, Kak, untuk tambah-tambah uang jajan. Bahkan sampai bisa buat bayar sekolah. Kadang itu kalau ada event, itu suka dikasih, terus, kalau misalnya lomba-lomba, gitu," jelas Indah.
Sejak mengikuti sanggar besutan Lia, Indah seakan memiliki opsi-opsi baru untuk menjalani masa depannya. Hal ini memang tujuan awal Lia mendirikan Sanggar Budaya Saelia. Selain untuk mengenalkan dan melestarikan seni budaya lokal, Lia ingin mendorong anak-anak di sekitarnya untuk bermimpi setinggi-tingginya.
"Di sini kan, di Tangerang ini kota seribu industri, di mana pasti semua anak-anak ini akan diarahkan pada buruh. Jadi ketika mereka di sini, mereka bertemu dengan banyak teman, mereka mengikuti banyak kegiatan, mereka mengikuti banyak keterampilan, sehingga modal ilmu yang mereka dapatkan juga bertambah, dan wawasan mereka juga bertambah. Jadi, orientasi mereka itu tidak terpikir putus sekolah, harus kerja pabrikan," terang Lia.
Lia memiliki strategi untuk mengarahkan murid-muridnya sesuai minat dan bakat. Para murid selalu diperkenalkan terlebih dahulu dengan semua kegiatan di sanggar. Lalu, secara aktif Lia akan mengamati, kegiatan apa yang paling digemari muridnya.
"Jadi, anak-anak di sanggar ini kita arahkan juga sesuai dengan bakat minat, bakat, minat, dan karakteristik mereka juga. Jadi, contohnya seperti Indah, dia sudah mengikuti berbagai kegiatan di sanggar kami. Tapi saya lihat dia dominan ini lebih menyukai di modelling, lalu juga dia memiliki bakat di bidang merias. Itu kita arahkan,dia untuk misalnya membuka kelas makeup, atau menjadi model dan sebagainya," ujar Lia.
Selain itu, aspek kedekatan personal juga tak luput dari perhatian Lia. Ia kerap mendengar keluh kesah para murid dengan seksama. Tak lupa, Lia juga memberi solusi serta motivasi. Menurut Lia, sering kali murid-muridnya hanya perlu seseorang untuk mendengarkan mereka, tanpa penghakiman.
Kedekatan Lia dan murid Sanggar Budaya Saelia juga dirasakan oleh Indah. Bagi Indah, Lia adalah sosok guru sekaligus ibu.
"Bu Lia itu sosok seorang guru, sekaligus seorang ibu. Yang super, super baik. Super sabar menghadapi kita semua. Mungkin, kalau aku nggak ketemu Ibu Lia, aku nggak tahu harus cerita ke mana. Nggak ada yang kasih motivasi juga. Mungkin kalau nggak ada Ibu Lia, aku nggak bakal jadi Indah yang sekarang," isak Indah.
Indah mengaku, peran Lia dalam kehidupannya begitu signifikan. Ia bahkan ingin tumbuh seperti gurunya, yaitu sosok yang kreatif, konsisten, dan tekun membawa perubahan bagi sekitar.
Tak tanggung-tanggung, Indah juga berharap bisa meneruskan peran Lia dalam menjalankan Sanggar Budaya Saelia. Sembari tetap bercita-cita menjadi Miss Universe, Indah berharap bisa membagikan ilmunya kepada anak-anak muda, layaknya yang dilakukan Lia.
"Keinginan aku, kalau misalnya aku udah besar nanti, aku udah banyak ilmu, aku pengin ngelanjutin sanggar. Pengin buka cabang dan atas nama Sanggar Budaya Saelia. Karena dari situ, aku banyak belajar, aku banyak dapat ilmu juga. Aku pengin berbagi ilmu ke yang lain-lain juga. Supaya anak-anak Indonesia lebih kreatif," pungkas Indah.
(nel/vys)