Kala Si Macan Mengawal Soeharto di Cendana hingga Markas PBB

Kala Si Macan Mengawal Soeharto di Cendana hingga Markas PBB

Sudrajat - detikNews
Kamis, 25 Apr 2024 16:56 WIB
Mayjen TNI Nugroho saat dilantik menjadi Pangdam Siliwangi oleh KSAD Jendral Andika Perkasa, 1 November 2019 (Repro Buku)
Mayjen TNI Nugroho saat dilantik menjadi Pangdam Siliwangi oleh KSAD Jendral Andika Perkasa, 1 November 2019 (Repro Buku)
Jakarta -

Tak jelas benar kenapa Nugroho Budi Wiryanto mendapat julukan si Macan dalam setiap menjalankan operasi militer. Hanya, lulusan Akademi Militer 1987 itu kemudian memimpin Kodam Siliwangi yang punya logo Maung alias Macan pada 2019-2021. Dia pensiun setelah menjabat Wakil Inspektur Jenderal TNI Angkatan Darat (AD), Agustus 2021-Maret 2022.

Saat menjadi perwira pertama dan menengah, Nugroho menjalani sejumlah operasi militer mulai dari pemberantasan Fretilin di Timor Timur, pembebasan sandera di Papua, hingga pemberantasan Gerakan Pengacau Keamanan di Aceh. Perwira kelahiran Solo, 23 Maret 1964, itu pernah menjadi Komandan SAT (Satuan Anti Teror) -81, satuan paling bergengsi di Kopassus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun dari sekian penugasan, salah satu yang menarik adalah ketika dia ikut bertugas mengawal Presiden Soeharto saat kunjungan ke luar negeri dan menjaga kediaman pribadinya di Jalan Cendana. Ketika Soeharto melawat ke Cartagena, Kolombia, untuk menghadiri KTT Gerakan Non Blok, 17-20 Oktober 1995, Nugroho yang berpangkat Kapten menjadi tim advance (pendahulu).

ADVERTISEMENT

Bersama sembilan anggotanya, dia membawa dua mobil antipeluru yang akan digunakan Presiden. Perjalanan menggunakan Hercules dari Halim ke Cartagena ditempuh selama 8 hari. Lama memang karena setiap 8 jam pesawat harus mendarat untuk mengisi bahan bakar.

Selama di Cartagena, Nugroho bersama seorang rekannya ditugaskan berjaga di depan kamar Presiden Soeharto. "Presiden Soeharto biasa bangun tengah malam untuk menjalankan ibadah," tulis Nugroho dalam buku 'Cerita di Balik Topi Baja' karya Andre Syahreza. Buku setebal 221 halaman itu berada di rak toko-toko buku sejak akhir 2023.

Sesekali, dia melanjutkan, Presiden Soeharto biasa melongok dari balik pintu dan mengajak berbincang pengawalnya dengan santai. Menanyakan asal-usul daerah mereka atau kondisi kesehatan. "Piye le, ngantuk ora?" tulis Nugroho menirukan salah satu pertanyaan Soeharto.

Dari Kolombia dia dan timnya bergerak ke Amerika Serikat. Di sana Presiden Soeharto singgah ke Washington DC, lalu ke New York untuk menghadiri peringatan 50 tahun PBB, 20-26 Oktober. Nugroho mengaku menerima uang saku 125 dolar per hari selama di AS, dan 80 dolar per hari selama di Kolombia. "Juga mendapat tambahan 500 dolar dari Mba Tutut," tuturnya.

Pada November 1996, Nugroho kembali ditugaskan mengawal Presiden Soeharto yang akan melakukan kunjungan ke Roma, Italia, dalam rangka Hari Pangan Sedunia yang digelar PBB.

Di Tanah Air, lelaki kelahiran 23 Maret 1964 itu juga dua kali mengawal Soeharto. Persisnya pasca-kerusuhan 27 Juli 1996, Nugroho, yang sudah menjabat Komandan Detasemen 81 Kopassus, mendapat tugas menjaga kediaman presiden di Jalan Cendana selama sepekan.

Beberapa waktu sebelum Presiden Soeharto lengser, Mei 1998, Nugroho yang telah menjadi Wakil Komandan Batalyon 51 Grup 5 Kopassus kembali mendapat tugas untuk mengamankan rumah di Cendana. Dia menyaksikan momen pada 21 Mei 1998, ketika Soeharto menuju Istana Merdeka untuk menyatakan berhenti sebagai Presiden. Beberapa jam berselang kembali ke Cendana ditemani Mba Tutut.

(jat/rdp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads