Pasar Gembrong, Jatinegara, Jakarta Timur (Jatim), kini tak seramai tahun lalu saat momen libur Lebaran. Penjual mengeluh karena omzetnya menurun 50-70 persen.
Pasar Gembrong memang tampak sepi pada Jumat (19/4/2024) siang. Hanya ada penjual yang menunggu dagangannya ditawar pembeli.
Salah satu pedagang, Yunita Sar,i dengan keluarga menunggu sambil makan nasi bungkus. Tidak satu pun pembeli yang datang ketika mereka makan sampai saat berbincang dengan detikcom.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Beberapa toko sebelah milik Sari bahkan terlihat tutup. Di sana tidak terlihat juga kendaraan yang diparkir berjajar sepanjang Pasar Gembrong.
Yunita Sari mengungkapkan, Lebaran 2024 ini tokonya tidak banyak dikunjungi pelanggan. Padahal momen lebaran adalah kesempatan penjual untuk meraup cuan sebanyak-banyaknya.
Yunita Sari bahkan membandingkan omzetnya lebih banyak saat pandemi COVID-19 daripada libur Lebaran tahun ini. Kini omzetnya terjun hingga 70 persen dari masa-masa pandemi COVID-19.
"Jualan ini malah masih banyak yang beli pas Lebaran waktu pandemi COVID-19. Omzet bisa sampai Rp 100 juta dalam sehari apa dua hari Lebaran, sekarang 50 apa 70 persennya aja nggak," kata Yunita Sari saat ditemui detikcom di Pasar Gembrong, Jumat (19/4/2024)..
"Lebaran kemarin cuma dapat sekitar Rp 35 juta. Jauh banget sama yang tahun lalu," imbuhnya.
Yunita Sari menceritakan, pada Lebaran tahun-tahun sebelumnya, pelanggan biasanya datang lebih pagi untuk memburu mainan di Pasar Gembrong. Namun tahun ini pemandangan tak lagi terlihat.
![]() |
"Tahun-tahun sebelumnya, toko belum buka saja sudah ditunggu pelanggan di luar. Sekarang barang dagangan sudah digelar, kami masih nunggu pelanggan yang datang," kata dia.
Perempuan yang dipanggil Sari itu melanjutkan, penurunan omzet paling terasa saat sudah memasuki hari-hari biasa. Katanya omzet turun sampai 80 persen dari hari biasa tahun-tahun lalu.
"Hari hari biasa 80 persen dropnya, dulu hari biasa masih bisa dapat Rp 25 juta, sekarang Rp 5 juta aja sudah alhamdulillah," ungkapnya.
Keuntungan itu, menurut Sari, masih lebih banyak ketimbang toko-toko sebelahnya. Selain karena punya pelanggan tetap, toko milik Sari bisa dibilang lebih besar dengan ragam jenis mainan yang lebih banyak daripada beberapa toko sebelahnya.
"Ini bisa dibilang kami toko gede. Itu yang toko yang kecil bisa jadi lebih sedikit dapatnya. Sekarang hari normal cuma Rp 1 juta atau Rp 2 juta aja," sebutnya.
Sari menuturkan, beberapa pelanggan pernah berbelanja dengan nominal fantastis di tokonya. Menurut dia, pelanggan itu datang keluarga tokoh-tokoh nasional, seperti keluarga Presiden RI ke-2 Soeharto hingga cucu dari mantan Perwira Tinggi Militer Wiranto.
"Dulu sering ada keluarga dari Pak Harto sama Pak Wiranto buat beli mainan di sini. Kadang sampai jutaan belanjanya," ucapnya.
Selanjutnya: Omzet turun karena toko online.
Karena Toko Online
Turunnya omzet ini, menurut Sari, terjadi karena banyak pelanggan yang memilih beli di online shop. Namun Sari enggan mengikuti tren tersebut saat ini karena takut barangnya rusak saat masuk ekspedisi.
"Tiktok Shop itu terutama yang buat toko offline sampe kayak kami ini turun omzetnya. Sekarang saya nggak mau ikutan online shop, karena di ekspedisi gak jamin barang bakal sampai dengan kondisi bagus. Dulu pernah naikin dua boks tapi balik lagi satu boks karena komplain rusak," ungkapnya.
Yunita Sari berjualan di Pasar Gembrong sejak 15 tahun lalu. Sudah beberapa kios yang dia jajal untuk menjajakan jualannya.
Cerita yang sama dirasakan Amin, pemilik Toko Mainan Mandiri Jaya, yang mengeluh soal penurunan omzet sampai 70 persen dari tahun lalu. Pelanggan yang datang ke tempat kebanyakan hanya membandingkan harga dengan online shop lalu pergi.
"Dulu mau duduk aja sampai nggak bisa karena ngeladenin pelanggan. Sekarang omzet turun sampai 70 persen," ucap Amin.
Parahnya lagi, dulu Amin memiliki lima karyawan yang membantunya di toko, tapi kini tersisa dua. Katanya, itu adalah imbas dari sepinya pengunjung ke Pasar Gembrong.
"Dulu sehari bisa dapat Rp 10 juta. Sekarang Rp 2-3 juta udah mentok. Makanya karyawan saya tinggal dua aja," jelasnya.
Di sisi lain, Amin masih beruntung lantaran toko yang ditempatinya kini adalah milik pribadi. Lain hal dengan toko lain yang mengontrak.
"Kalau gini terus bisa banyak yang gulung tikar. Ini yang saya tahu udah ada lima toko yang tutup. Udah sepi. Padahal dulu sini primadonanya kalau weekend. Orang nyari mainan," ungkapnya.