Kanit Binmas Polsek Muara Beliti, Musi Rawas, Sumatera Selatan, Bripka Kelik Adi Bowo, ingin menjadikan polisi sebagai teman curhat masyarakat. Dia pun membuat program Bhabintamtibmas Kopi Keliling (Bankopling) di Muara Beliti, Musi Rawas, Sumatera Selatan (Sumsel).
Atas aksinya itu, dia diusulkan oleh salah satu warga Musi Rawas, Yanti Maretha Kristina, sebagai kandidat Hoegeng Awards 2024. Yanti menyebut Bripka Kelik memi;iki inovasi program kopi keliling untuk mendengar masalah warga. Berikut testimoni dari Yanti.
Polisi yang selalu bisa berinovasi, dengan inovasi Bankopling (Bhabinkamtibmas Kopi Keliling), jadi Kanit dan Bhabin keliling ke desa-desa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dengan cara ngopi bersama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom pun menghubungi Yanti untuk menggali informasi. Menurut Yanti, motor dinas yang digunakan oleh Bripka Kelik telah ditambah aksesoris untuk membawa meja, serta peralatan ngopi. Dia menggelar meja dan mengajak masyarakat curhat dan ngobrol.
"Setiap hari dia datang ke tempat masyarakat, duduk di situ bentang meja, duduk di situ berbincang dengan masyarakat. Bisa berdiskusi, ada permasalahan apa yang terjadi di masyarakat," kata Yanti saat dihubungi.
Yanti mendukung program dari Bripka Kelik. Dia mengatakan masih banyak masyarakat yang takut atau segan saat bertemu dengan polisi. Ngopi bareng bisa membuang sekat antara polisi dengan masyarakat.
"Saya sangat setuju program itu. Di daerah itu, image polisi itu masih jelek, polisi pungli, pelayanan susah, ketika ada program ini, mereka (polisi) datang ke tempat kita, kita bisa ngobrol bebas. Jadi dengan adanya program ini bisa lepas ngobrol dengan mereka," katanya.
Bripka Kelik Ingin Dengar Masalah Warga
detikcom menghubungi Bripka Kelik untuk mengkonfirmasi soal program Banpol Kopling (Bhabinkamtibmas Polisi RW, Kopi & Wifi Keliling). Bripka Kelik menceritakan sikap warga yang seperti berjarak dengan polisi.
"Kami butuh pendekatan yang lebih leluasa, karena masyarakat, kita dekati, mereka ini kan ada desa, jadi mendekatkan diri, selama ini kalau polisi susah, takut, pikiran negatif, belum datang ketakutan," kata Bripka Kelik, saat dihubungi.
Bripka Kelik melihat masyarakat di sana senang ngopi. Akhirnya pada Juli 2023, dia membuat program kopi keliling degan mendapat bantuan kiriman kopi asli dari temannya.
"Kan masyarakat petani, peternak, perikanan, jadi saat mereka berkebun, atau ada di warung kopi, alun-alun, saya datangi, bentang meja, kopi dan Wifi gratis. Mereka tertarik, dari situ mereka terbuka ngobrol," ujar Kelik.
Awal-awal dia menjalankan kopi keliling, masyarakat masih melihat heran karena ada polisi memberi kopi. Rasa canggung muncul karena jika ada polisi datang ke kantor desa, wargalah yang menyeduh dan memberikan kopi.
"Mereka awalnya aneh, tapi menerima, kok ada polisi yang kayak begini, (polisi) memberi dan setelah itu mereka mau berteman dengan kita," imbuh Kelik.
Bripka Kelik merasa senang karena masyarakat bisa mengobrol dengan polisi dengan leluasa. Mereka curhat masalah mereka secara jujur.
"Saya tanya keluhan Kamtibmas, terus apa kendala di desa. Di situ mereka curahkan secara nyata, jujur, dan tak ada yang ditutup-tutupi, mereka terbuka dengan kita," katanya.
"Langkah selanjutnya, saya berkoordinasi dengan pemerintah, dan pimpinan saya, sejauh mana menanggulangi masalah," sambungnya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Simak juga Video: Hoegeng Awards 2023: Penghargaan Pahlawan Tuk Polisi Teladan
Curhat Pupuk Langka Hingga Konflik Lahan
Bripka Kelik mendengar beragam keluhan dan masalah dari masyarakat. Mulai dari soal ketertiban dan keamanan hingga soal masalah pupuk.
"Saya pernah ada masukan dari petani melon. Saya gelar kopi, dia cerita kekurangan pupuk subsidi, ngeluh mereka," kata Bripka Kelik.
Dia sadar soal pupuk langka bukanlah wewenangnya. Namun, dia membawa keluhan itu ke forum Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrembang).
"Di sini tugas saya, saat Musrembang, saya usulkan kepada pemerintah, tapi sebatas kemampuan saya," katanya.
Selain itu, Bripka Kelik pun menangani soal konflik lahan. Terdapat dua orang yang mengklaim memiliki tanah yang sama untuk lahan pertanian.
"Kemarin saya selesaikan soal tanah, gelar kopi, mereka portal (patok) tanah, biasanya orang portal didekati langsung negatif, tapi dengan ajak kopi lebih humanis, mereka menceritakan semuanya," ujar Kelik.
Menurut Bripka Kelik, kasus tersebut memang belum tuntas dan masih diselesaikan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN). Namun, kedua belah pihak berjanji untuk tidak konflik dan membuat suasana tetap kondusif.
"Baru tahap kesepakatan bahwa tidak saling mengganggu, panen sawit silakan dipanen, tapi tanah yang dipatok akan diklarifikasi lagi dengan libatkan BPN," katanya.
Kelik merasa sangat puas bisa membantu menyelesaikan masalah di masyarakat. Dia menuturkan memiliki tanggung jawab menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas).
"Ini tanggung jawab saya, bagaimana membuat rasa nyaman dan aman kepada masyarakat," katanya.