Bhabinkamtibmas Desa Candi, Kecamatan Ampel, Boyolali, Jawa Tengah, Bripka Marwanto, membina kaum disabilitas agar bisa mandiri. Marwanto juga mengajak warga mengelola sampah agar lingkungan menjadi bersih.
Atas aksinya itu Marwanto diusulkan untuk Hoegeng Awards 2024 melalui form digital di detikcom oleh warga Kecamatan Ampel, Parjono. Parjono menyebut Marwanto membina komunitas disabilitas di Ampel untuk diberdayakan, berikut testimoni Parjono.
Bapak Bripka Marwanto telah banyak jasanya dalam mendampingi masyarakat dan para kaum difabel terutama di komunitas Difabel Ampel-Gladagsari, di mana beliau selalu menjadi pendamping dan pembina kami.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikcom kemudian menghubungi Parjono untuk menggali informasi lebih dalam. Parjono adalah salah satu penyandang disabilitas yang dibina oleh Marwanto. Komunitas disabilatas yang dibina Marwanto itu ada di Kecamatan Ampel dan Kecamatan Gladagsari, Boyolali.
"Beliau mendampingi kaum disabilitas komunitas difabel Ampel-Gladagsari itu sebagai pembina, pelindung dan mengarahkan hal-hal positif untuk bisa lebih mandiri untuk kaum disabilitas ini, dan salalu ikut pertemuan rutin komunitas untuk memberikan wawasan dan bimbingan," tutur Parjono kepada detikcom.
Kegiatan bimbingan itu di antaranya pelatihan servis elektronik, kuliner dan menjahit. Parjono sendiri mengikuti kegiatan di bidang servis elektronik.
"(Pak Marwanto) memberikan peluang, mencarikan alat elektronik bekas supaya bisa didaur ulang dan menggerakkan masyarakat juga supaya masyarakat itu bisa menserviskan di tempat kami," kata Parjono.
![]() |
Parjono menyebut Marwanto juga peduli dengan lingkungan. Menurutnya, Marwanto menggerakkan agar masyarakat disiplin membuang sampah pada tempatnya. Marwanto juga menjadi pembina di Unit Pelayanan Sampah (UPS) Mitra Sejahtera Desa Candi.
"(Beliau) menggerakkan masyarakat untuk disiplin membuang sampah, di daerah kami pun ada bank sampah yang dikelola masyarakat juga dan digerakkan oleh Bapak Marwanto juga," tutur dia.
Awal Mula Bina Komunitas Disabilitas
Bripka Marwanto mulai membina komunitas disabilitas ini sejak 3 tahun yang lalu. Marwanto pun mengisahkan awal mula hatinya tergugah untuk membina penyandang disabilitas itu.
Ketika menjadi Bhabinkamtibmas di Desa Candi, Polsek Ampel, Bripka Marwanto rutin melakukan kunjungan ke masyarakat. Marwanto berinteraksi dengan masyarakat agar mengetahui masalah yang terjadi di wilayah binaanya, termasuk berkomunikasi dengan Komunitas Difabel Ampel (KDA).
"Saya sering koordinasi dengan Ketua KDA, terus diajak kumpulan, diajak kegiatan, dengan saya ikut ke dalam mereka ya tergerak untuk sebisa mungkin saya membantu mereka," kata Marwanto kepada detikcom.
![]() |
Setelah beberapa kali menghadiri kegiatan komunitas itu, Marwanto ingin terlibat di dalamnya. Dia pun memberikan pendampingan, menjadi penghubung dengan pemerintah desa hingga pemerintah daerah.
"(Waktu saya bergabung) sudah ada komunitas cuma belum eksis di masyarakat, tapi sekarang Alhamdulillah sudah, utamanya usah dikenal oleh pemerintah," kata dia.
Setiap kali komunitas disabilitas ini melakukan kegiatan, Bripka Marwanto selalu menginformasikan ke pihak desa, musyawarah pimpinan kecamatan (muspika) hingga pemerintah daerah. Dengan begitu, harapannya pemerintah mengetahui keberadaan para penyandang disabilatas.
"Akhirnya sekarang di daerah kita pun terutama Ampel itu sudah seperti muspika sudah banyak yang mengakui dalam arti difabel itu ada, orang-orang seperti ada yang harus memang diperhatikan," sebut Marwanto.
Lalu seperti apa peran Bripka Marwanto dalam komunitas ini? Secara rutin Marwanto akan memantau semua kegiatan yang dilakukan komunitas, seperti servis elektronik, kuliner hingga menjahit.
"Karena kita itu kan masih dari kita untuk kita, jadi yang udah bisa mengajari yang belum bisa, seperti servis elektronik, mungkin kegiatan buka toko, banyak sekali kegiatannya. Kayak waktu di COVID itu juga sempat dari rekan-rekan difabel membuat masker di samping untuk ekonomi juga dibagikan untuk masyarakat," kata dia.
"Intinya dia bisa operasional secara mandiri, itu contohnya yang tadinya ndak bisa naik motor roda tiga, jadi bisa, dengan seperti itu dia bisa berfikir lebih kreatif lagi," imbuhnya.
Marwanto menyebut kegiatan pelatihan juga sering dilakukan untuk para penyandang disabilitas. Dia akan menghubungi pihak pemerintah mengenai pelatihan ini.
"Nanti itu rekan-rekan keahliannya di apa, hobinya apa, nanti kita fasilitasi semaksimal mungkin, mungkin ada yang senang elektro, menjahit, musik, jadi semua kolaborasi, jadi instansi terkait terlibat semua untuk masalah itu," katanya.
Hingga saat ini, ada 2 komunitas disabilitas yang dibina oleh Marwanto, yakni Komunitas Difabel Ampel dan Komunitas Difabel Gladagsari. Dia ingin para penyandang disabilitas itu diberdayakan sehingga bisa mencari nafkah secara mandiri.
"Kalau yang di Ampel kurang lebih sekitar yang tercatat 25-30 orang, sama di Gladagsari pun yang baru terbentuk itu hampir 30 orang juga, alhamdulillah sudah banyak yang menyadari, terutama keluarga yang punya difabel itu tidak malu untuk kita bisa kumpul," katanya.
Mengenai dana operasional di komunitas ini, Marwanto juga akan mengajukan ke pemerintah setempat. Marwanto menyebut pemerintah desa akan menganggarkan dana untuk para penyandang disabilitas.
"Alhamdulillah dari muspika juga ada, Dinas Sosial juga ada, yang terpenting sekarang saya lebih fokus ke desa, alhamdulillah yang desa saya Desa Candi itu sudah mau menganggarkan untuk mereka, jadi Musdes pun sudah dilibatkan," kata dia.
Hingga saat ini, Bripka Marwanto terus berupaya agar masyarakat memandang para penyandang disabilitas dengan prestasi. Sebab, kata dia, mereka juga bisa mandiri.
"Saya berusaha untuk menyadarkan masyarakat tolonglah kita jangan memandang difabel itu dengan rasa kasihan, tapi pandangnya dengan prestasi mereka. Dari pihak komunitas itu, 'Kita ndak perlu dikasihani, Pak, tapi intinya kita diberdayakan', alhamdulillah masyarakat juga, saya kasih contoh, walaupun saya tahu tempat servis (elektronik) itu lebih murah, saya tetap ke sana, saya share video, saya share ke grup, juga lewat media sosial," kata dia.
Ajak Warga Ikut Kelola Sampah
Sebagai Bhabinkamtimbas, Bripka Marwanto juga mengajak masyarakat Desa Candi untuk peduli dengan lingkungan. Untuk dapat berperan aktif, Marwanto menjadi mitra Unit Pelayanan Sampah (UPS) Desa Candi. Marwanto aktif dalam kegiatan ini sejak 2 tahun terakhir.
"Di lingkungan desa binaan saya, saya prihatin dengan situasi dan kondisi sampah, apalagi banyak yang dibuang di pinggir jembatan, di sungai. Terus pas waktu 2 tahun yang lalu saya ikut diundang waktu pembukaan UPS, saya datang terus sejak itu juga kita saling koordinasi," kata Marwanto.
UPS Mitra Sejahtera itu ada di bawah pemerintah desa. Marwanto sebagai mitra hanya memantau dan membantu apa yang dibutuhkan oleh petugas UPS. Salah satunya terkait armada pengangkut sampah. Saat itu, mobil pengangkut sampah tidak bisa beroperasi, Marwanto pun mengumpulkan uang untuk membeli mobil pikap bekas.
"Satu (mobil sampah) dari desa, karena (mobilnya) sudah tidak mampu, terus saya memberanikan diri untuk mencari modal untuk beli mobil itu untuk kegiatan tersebut, karena kalau nanti kalau kita tidak tindaklanjuti masyarakat yang sudah mulai menyadari nanti takutnya akan berhenti di jalan untuk programnya," katanya.
![]() |
Hingga saat ini, mobil yang disediakan oleh Marwanto itu masih digunakan oleh UPS. UPS Mitra Sejahtera ini telah melayani pengangkutan sampah di dua kecamatan.
"Saya secara pribadi tidak dihibahkan, cuma kan mobil saya dipakai, udah nggak apa-apa dipakai yang penting program itu jalan terus untuk operasional bisa cukup," katanya.
Marwanto juga sering ikut ketika mobil pengangkut sampang itu keliling. Pada kesempatan itu dia akan melakukan sosialisasi kepada warga terkait pemilahan sampah.
"Untuk kegiatannya masyarakat itu syukur memilah sampah, kalau tidak sampah itu bisa sampai tempat tujuan yang semestinya, contohnya di TPA, alhamdulillah respons masyarakat baik," kata dia.
![]() |
Simak juga Video: Cerita Ganjar Ketemu Meri Hoegeng Saat Bicara Polisi Sederhana