Hari Raya Suci Nyepi 2024 segera diperingati. Hari raya suci keagamaan Hindu ini biasa dirayakan dengan berbagai macam tradisi rangkaian upacara, yang dilakukan sejak beberapa hari sebelum hingga beberapa hari setelah Hari Raya Suci Nyepi.
Tradisi umat Hindu rangkaian upacara menjelang Hari Raya Suci Nyepi tersebut terdiri dari Upacara Melasti, Tawur Agung Kesanga, Pengrupukan, Hari Raya Suci Nyepi, hingga Ngembak Geni. Berikut penjelasan beserta maknanya masing-masing:
Upacara Melasti
Seperti dilansir situs resmi Pemerintah Kota Denpasar, Upacara Melasti termasuk rangkaian dari Hari Raya Nyepi di Bali. Melasti adalah upacara dalam agama Hindu yang bertujuan untuk mensucikan diri baik lahir maupun batin. Upacara ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali menjelang Hari Raya Nyepi di Bali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Makna Melasti dalam Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan bahwa Melasti meningkatkan Sraddha dan Bhakti untuk pada Dewata menifestasi Tuhan Yang Maha Esa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa serta mencegah kerusakan alam.
Tawur Agung Kesanga
Dikutip dari situs resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, Tawur Agung Kesanga adalah upacara Bhuta Yadnya yang dilakukan untuk kesejahteraan dan keselarasan alam. Yadnya ini dilaksanakan manusia untuk kesejahteraan alam. Keseimbangan dan keselarasan alam menjadi fokus utama selama hidup di dunia.
Upacara Tawur Agung Kesanga juga bermakna sebagai wujud keselarasan antara umat manusia dengan alam. Biasanya, usai menggelar upacara Tawur Agung Kesanga, pada sore hingga malam hari digelar Upacara Pengerupukan dengan arak-arakan ogoh-ogoh di seluruh pelosok.
Pengrupukan
Upacara Ngrupuk atau Pengrupukan dilaksanakan setelah upacara Tawur Agung Kesanga dan sebelum Hari Raya Suci Nyepi. Menurut situs resmi Pemerintah Kota Denpasar, upacara Ngrupukan dilakukan untuk mengusir Buta Kala atau kejahatan. Upacara Pengrupukan biasa dilakukan sore hari (sandhyakala).
Pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala (simbol unsur-unsur kekuatan jahat) yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Makna dan tujuannya adalah untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.
Baca juga: Rangkaian Hari Raya Nyepi dan Maknanya |
Hari Raya Suci Nyepi
Hari Raya Suci Nyepi Tahun Baru Saka/Caka dirayakan dengan keheningan melalui tapa, brata, yoga, dan semadhi. Dalam merayakannya terdapat empat pantangan yang diperhatikan saat Nyepi atau yang disebut Catur Brata Panyepian, terdiri dari:
- Amati Geni: Tidak menyalakan api/lampu termasuk api nafsu yang mengandung makna pengendalian diri dari segala bentuk angkara murka.
- Amati Karya: Tidak melakukan kegiatan fisik/kerja dan yang terpenting adalah melakukan aktivitas rohani untuk penyucian diri.
- Amati Lelanguan: Tidak bepergian, akan tetapi senantiasa introspeksi diri/mawas diri dengan memusatkan pikiran astiti bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi /Ista Dewata.
- Amati Lelungan: Tidak mengadakan hiburan/rekreasi yang untuk bersenang-senang, melainkan tekun melatih batin untuk mencapai produktivitas rohani yang tinggi.
Ngembak Geni
Ngembak Geni menjadi rangkaian terakhir sekaligus penutupan dari serangkaian upacara peringatan Hari Raya Suci Nyepi. Dilansir situs resmi Kementerian Agama (Kemenag), Ngembak Geni artinya dialog antar sesama manusia tentang apa dan bagaimana yang sudah, yang sekarang serta yang akan datang.
Makna Ngembak Geni adalah hari introspeksi diri di mana masyarakat Hindu Bali meluangkan Waktu untuk merenungkan nilai-nilai toleransi, cinta, kesabaran dan kebaikan. Setelah seharian introspeksi diri, masyarakat berefleksi dan akan kembali melaksanakan aktivitas sehari-hari yang dilarang dilakukan selama Nyepi.