Ngerupuk 2024 Tanggal Berapa? Ini Asal-usul Tradisi Jelang Nyepi di Bali

Ngerupuk 2024 Tanggal Berapa? Ini Asal-usul Tradisi Jelang Nyepi di Bali

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Rabu, 28 Feb 2024 14:20 WIB
Parade ogoh-ogoh di Tabanan, Bali dalam rangka menyambut Nyepi 2024.
Parade Ogoh-ogoh di Bali (Foto: Ahmad Firizqi Irwan/detikBali)
Jakarta -

Ngerupuk adalah salah satu tradisi jelang Hari Raya Nyepi di Bali. Berdasarkan ketetapan SKB 3 Menteri, Hari Raya Nyepi jatuh pada tanggal 11 Maret 2024 dan ditetapkan sebagai libur nasional.

Lantas, Ngerupuk 2024 tanggal berapa? Bagaimana asal-usul tradisi Ngerupuk? Berikut penjelasannya.

Apa itu Ngerupuk?

Menurut situs Kementerian Agama (Kemenag) Bali, akhir dari pelaksanaan Upacara Tawur Kesanga terutama di tingkat desa, banjar dan rumah tangga adalah dengan melaksanakan upacara Mabuu-buu atau lebih dikenal dengan Ngerupuk. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat Ngerupuk adalah:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  1. Ngerupuk agar dilaksanakan dengan sradha bhakti sesuai dengan nilai-nilai kesucian keagamaan serta dipimpin oleh Bendesa/Klian Adat dan Perbekel setempat, sedangkan untuk di tingkat rumah tangga dipimpin oleh kepala keluarga.
  2. Sarana pokok Ngerupuk terdiri dari api seprapak (meobor obor), bawang putih, mesui, jangu dan bunyi-bunyian.

Sementara itu, dilansir situs resmi Kota Denpasar, Ngerupuk adalah upacara yang dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala atau kejahatan yang dilakukan sore hari (sandhyakala) setelah dilakukan upacara mecaru di tingkat rumah. Ngerupuk dilakukan sehari sebelum upacara Nyepi.

Ngerupuk 2024 Tanggal Berapa?

Upacara Ngerupuk digelar sehari sebelum Nyepi. Jika Hari Raya Nyepi 2024 jatuh pada tanggal 11 Maret 2024, maka Ngerupuk 2024 dilaksanakan pada tanggal 10 Maret.

ADVERTISEMENT

Asal-usul Tradisi Ngerupuk

Tradisi Ngerupuk tergolong upacara Bhuta Yadnya yang dilaksanakan setelah selesai prosesi Tawur Agung Kesanga. Ngerupuk dilaksanakan dengan berkeliling di halaman rumah dengan membawa obor dan memainkan bunyi-bunyian sembari menaburkan nasi tawur.

Adapun, Tawur Agung Kesanga dilaksanakan pada siang harinya. Prosesi ini biasanya dilaksanakan dalam berbagai tingkatan seperti di rumah masing-masing, banjar, desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi. Setiap tingkatan memiliki jenis banten/sesajen yang berbeda-beda.

Tradisi Ngerupuk adalah hari yang jatuh pada "Tilem Sasih Kesanga" (bulan mati yang ke-9), tepatnya sehari sebelum Hari Nyepi. Umat Hindu melaksanakan upacara Bhuta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.

Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Bhuta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar

Bersamaan dengan Ngerupuk, ada Pawai Ogoh-ogoh yang digelar di Bali. Pawai Ogoh-ogoh yang memeriahkan Ngerupuk merupakan perwujudan Bhuta Kala yang diarak keliling lingkungan dan kemudian dibakar.

(kny/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads