Fenomena hujan es terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Fenomena ini terjadi pada saat kondisi tertentu, seperti ketika masa pancaroba atau masa peralihan musim dari penghujan ke kemarau atau sebaliknya, dari musim kemarau ke penghujan.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) fenomena hujan es di Indonesia merupakan fenomena yang biasa terjadi. Lantas, kenapa fenomena hujan es bisa terjadi di Indonesia? Apa penyebab dan bagaimana proses terjadinya?
Hujan es adalah salah satu fenomena cuaca ekstrem yang terjadi dalam skala lokal dan ditandai adanya jatuhan butiran es dari awan. Hujan es terjadi beberapa menit dan biasa disertai hujan lebat bersamaan dengan kilat atau petir dan angin kencang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyebab dan Proses Terjadinya Hujan Es
Mengutip dari situs BMKG, fenomena hujan es bisa terjadi karena dipicu oleh adanya pola konvektifitas di atmosfer dalam skala lokal hingga regional yang signifikan. Hujan es bisa terbentuk dari sistem awan konvektif jenis Cumulonimbus (Cb).
Umumnya awan Cumulonimbus memiliki dimensi menjulang tinggi yang menandakan bahwa adanya kondisi labilitas udara signifikan dalam sistem awan tersebut. Sehingga dapat membentuk butiran es di awan dengan ukuran yang cukup besar.
BMKG menjelaskan tentang proses terjadi hujan es disebabkan oleh awan Cumulonimbus. Awan ini memiliki tiga partikel, yakni butir air, butir air super dingin, dan partikel es. Awan Cumulonimbus dapat terbentuk dari proses strong updraft dan downdraft, dan proses lower freezing level.
Pertama, awan Cumulonimbus dapat terbentuk karena proses pergerakan massa udara naik dan turun yang sangat kuat (strong updraft dan downdraft). Strong updraft dapat membawa uap air naik hingga suhu udara menjadi sangat dingin dan uap air membeku menjadi partikel es.
Kedua, awan Cumulonimbus juga dapat terbentuk karena adanya lapisan tingkat pembekuan yang lebih rendah dari ketinggian normalnya (lower freezing level). Freezing level ini merupakan lapisan pada ketinggian tertentu di permukaan bumi yang suhu udaranya bernilai nol derajat celcius.
Pada ketinggian tersebut, butiran air umumnya akan membeku menjadi partikel es. Di Indonesia umumnya lapisan tingkat pembekuan berada pada kisaran ketinggian antara 4-5 km di atas permukaan laut. Kemudian terjadinya hujan es bisa diprediksi 30 menit hingga satu 1 sebelum kejadian.
Tanda-tanda Indikasi Akan Terjadi Hujan Es
- Udara pada malam hari sebelumnya hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
- Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi.
- Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis-lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
- Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus (Cb).
- Pepohonan di sekitar mulai bergoyang cepat.
- Terasa ada sentuhan udara dingin di sekitar.
- Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba-tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
- Jika 1-3 hari berturut-turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.