Angin puting beliung merupakan salah satu fenomena cuaca ekstrem yang dapat bersifat merusak dan berbahaya. Angin puting beliung juga termasuk bencana alam yang biasa terjadi di wilayah Indonesia, dan biasanya terjadi saat masa pancaroba.
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), angin puting beliung adalah angin kencang yang datang secara tiba-tiba, mempunyai pusat, bergerak melingkar menyerupai spiral dengan kecepatan cukup tinggi hingga menyentuh permukaan bumi dan akan hilang dalam waktu singkat.
Penyebab dan Proses Terjadinya Puting Beliung
Angin puting beliung berpotensi terjadi pada masa pancaroba, atau peralihan musim hujan ke musim kemarau maupun sebaliknya. Angin puting beliung biasanya terbentuk dari awan cumulonimbus. Dikutip dari Seri Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana Angin Puting Beliung oleh Primus Supriyanto, berikut proses terjadinya:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses terjadinya angin puting beliung diawali dengan terbentuknya daerah-daerah konvergen, yaitu tempat berkumpulnya massa udara yang membentuk awan konvektif (awan yang berpotensi menjadi hujan). Awan konvektif ini kemudian berubah menjadi awan cumulonimbus yang menyebabkan turunnya hujan disertai petir.
Terjadinya angin puting beliung erat kaitannya dengan fase pembentukan awan cumulus nimbus. Siklus pertumbuhan awan cumulus nimbus mengalami tiga fase, yaitu fase tumbuh, fase matang, dan fase punah. Awan cumulus terbentuk saat suhu udara di atmosfer siang hari semakin tinggi.
Karena pergerakan udara yang intensif, maka awan cumulus akan berkembang menjadi awan cumulus nimbus. Awan ini berwarna putih atau abu-abu, namun pada saat akan terjadi angin puting beliung (akibat radiasi sinar matahari) awan ini dengan cepat berubah warna menjadi hitam gelap. Selanjutnya, angin akan bergerak akibat tekanan massa air hujan yang besar yang turun dari awan cumulonimbus.
Pada saat hujan akan turun, gerakan massa air hujan yang besar tersebut mendorong udara pada lapisan di bawahnya sehingga terjadi pergerakan angin ke bawah. Arus udara yang turun dengan kecepatan tinggi ini menghembus ke permukaan bumi secara tiba-tiba dan bergerak seperti spiral. Ketika mencapai permukaan tanah atau air, pusaran angin ini akan bergerak secara tegak lurus terhadap permukaan bumi.
Ciri, Sifat, dan Tanda Datangnya Puting Beliung
Angin puting beliung bersifat lokal dan berlangsung singkat. Hal ini dapat mempersulit untuk memperkirakan dan mengantisipasi keberadaan atau datangnya angin puting beliung. Meski begitu, ciri-ciri dan tanda-tandanya dapat diketahui, sebagai berikut:
Ciri-ciri angin puting beliung:
- Kejadiannya bersifat lokal (5-10 kilometer) dan berlangsung singkat (3-5 menit).
- Bentuk pusaran anginnya seperti spiral dan bergerak secara garis lurus dengan kecepatan cukup tinggi.
- Lebih sering terjadi pada waktu siang atau sore hari sekitar pukul 13.00-17.00 pada masa pancaroba.
- Lebih sering terjadi di daratan. Jika terjadi di lautan akan berlangsung lebih lama.
- Hanya terbentuk dari awan cumulonimbus , yang biasa terbentuk selama periode musim hujan.
- Kejadiannya jarang sekali berulang di tempat yang sama.
Tanda-tanda angin puting beliung:
- Udara terasa panas dan pengap pada malam hingga pagi hari menjelang terjadinya angin puting beliung.
- Terlihat tumbuh awan cumulonimbus pada pagi hingga siang hari sebelum terjadinya angin puting beliung.
- Awan cumulonimbus dengan cepat akan berubah warna menjadi gelap pada siang hingga sore harinya.
- Angin kencang akan muncul disertai turunnya hujan dengan intensitas tinggi atau deras serta udara dingin.