.webp)
Wakil Ketua Komisi III DPR Habiburokhman menyoroti warga negara China yang ditangkap pihak imigrasi lalu menunjukkan diri punya KTP. Dia menyebut Imigrasi mungkin kesulitan mendeteksi para WN China tersebut karena kemiripan fisik dengan warga negara Indonesia (WNI).
Habiburokhman awalnya mengapresiasi kerja maksimal tim pemantau orang asing dari Direktorat Jenderal Imigrasi. Menurutnya, sebaik apapun kinerja hingga dukungan sistem, pasti tetap ada kelemahan.
"Secara keseluruhan kami tahu kerja tim pemantau orang asing (Tim PORA) Kemenkumham sudah cukup maksimal, tetapi sistem sebaik apapun pasti mengandung kelemahan. Begitu juga terkait dengan dokumen WN China yang mengaku WNI Ini," kata Habiburokhman saat dihubungi, Sabtu (24/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Habiburokhman menduga WN China tersebut bisa memiliki KTP mungkin karena kemiripan fisik dengan WNI keturunan Tionghoa. Menurutnya, memang tak mudah jika hanya mendeteksi secara fisik.
"Mungkin mereka bisa menyamarkan identitas karena kemiripan fisik dengan WNI keturunan etnis Tionghoa. Memang tidak mudah mendeteksi jika hanya fisik, apalagi jika orang tersebut jarang beraktivitas di ruang publik. Saat ini dokumen apapun kan juga bisa dipalsukan, Termasuk juga data di sistem bisa saja di intervensi," ucapnya.
Karena itu lah, Waketum Gerindra ini justru mengapresiasi Imigrasi yang berhasil mengungkap kasus tersebut. Menurutnya, ada hal yang harus dievaluasi serius berkaitan dengan kasus ini.
"Kami justru mengapresiasi imigrasi karena pada akhirnya kasus ini bisa juga diungkap. Pengungkapan kasus ini menjadi bahan evaluasi serius agar tidak terjadi kasus serupa kemudian hari," ujar dia.
WN China Punya KTP
Warga negara (WN) China berinisial LY menunjukkan KTP saat ditangkap petugas Imigrasi Jakarta Utara (Jakut). Kasus WN China memegang KTP juga pernah terjadi.
Kasus ini terjadi pada bulan ini. LY, yang merupakan buron kepolisian China, ditangkap di sebuah perumahan di Pantai Indah Kapuk (PIK), Penjaringan, Jakut, pada Selasa (13/2) pukul 17.00 WIB.
LY mengaku sebagai warga negara Indonesia (WNI) dan sempat menunjukkan KTP kepada petugas saat ditangkap. LY sudah 11 tahun tinggal di Indonesia dan dokumen keimigrasiannya mati sejak 2013.
(maa/dhn)
