Respons Kritikan Guru Besar soal Demokrasi, Syarief Hasan: Tak Perlu Diributkan

Moch Prima Fauzi - detikNews
Selasa, 13 Feb 2024 17:55 WIB
Foto: dok. MPR RI
Jakarta -

Wakil Ketua MPR RI Sjarifuddin Hasan atau Syarief Hasan buka suara terkait derasnya gelombang kritik para guru besar dan civitas academica berbagai kampus yang 'turun gunung' mengeluarkan pendapat dan argumen seputar situasi dan kondisi demokrasi Indonesia saat ini.

Belakangan, fenomena tersebut makin luas dan panas karena terjadi silang pendapat pro dan kontra di antara para intelektual itu, dan munculnya tuduhan politisasi di balik penyampaian aksi kritik tersebut.

Syarief Hasan menilai munculnya aksi kritik oleh para guru besar tersebut adalah hal yang sangat lumrah, sebab merupakan bagian daripada implementasi demokrasi. Menurutnya para guru besar juga merupakan rakyat Indonesia yang memiliki hak menyampaikan pendapatnya.

"Jadi, menurut saya tidak ada yang aneh dan mestinya tidak perlu diributkan. Dan pendapat mereka harus disalurkan sesuai amanah konstitusi," ujar Pimpinan MPR dari Partai Demokrat ini dalam keterangannya, Selasa (13/2/2024).

Hal itu dikatakan Syarief Hasan di sela kegiatan kunjungan kerjanya di Cianjur, Jawa Barat.

Ia menegaskan semua kritik dan buah pikiran para guru besar harus dihargai. Sepanjang pendapat dan kritik tersebut untuk kepentingan bangsa dan negara, maka harus dijadikan introspeksi buat semua.

"Apa yang disampaikan para guru besar itu, menurut saya, adalah satu pemahaman untuk kita semua bahwa dalam pelaksanaan demokrasi itu, sangat diperlukan adanya check and balance yang berkualitas. Hal ini sangat perlu menjadi bahan kajian, dan harus menjadi pegangan kita semua dalam menjalankan demokrasi saat ini dan di masa datang," terangnya.

Seperti diketahui, akhir-akhir ini ramai diberitakan bahwa para Guru Besar dan civitas academica dari berbagai Universitas di Indonesia, menyampaikan pandangan dan kritik terkait beberapa hal dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Salah satu kritik disampaikan civitas academica Universitas Gadjah Mada (UGM) yang disalurkan dalam bentuk petisi, yang dikenal sebagai Petisi Bulaksumur.




(prf/ega)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork