Mengapa Hujan Tidak Turun Setiap Hari? Simak Penjelasan BMKG

Mengapa Hujan Tidak Turun Setiap Hari? Simak Penjelasan BMKG

Kanya Anindita Mutiarasari - detikNews
Sabtu, 03 Feb 2024 13:29 WIB
Ilustrasi hujan
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iiievgeniy)
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus memperbarui prakiraan cuaca di Indonesia. Diketahui, musim hujan masih melanda sejumlah wilayah di Indonesia.

Namun, hujan tidak turun setiap hari, terkadang hari ini hujan, besok cerah hingga panas terik, begitupun sebaliknya. Lantas, mengapa hujan tidak turun setiap hari? Berikut penjelasannya.

Mengapa Hujan Tidak Turun Setiap Hari?

Berdasarkan penjelasan BMKG, hujan tidak turun setiap hari karena adanya musim hujan yang berbeda di setiap wilayah. Diketahui ada tiga pola hujan di Indonesia yang menunjukkan respon yang berbeda-beda, yaitu:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  1. Pola hujan monsunal
    Wilayahnya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau. Tipe curah hujan bersifat unimodial (satu puncak musim hujan dan satu puncak musim kemarau).
  2. Pola hujan equatorial
    Wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan bimodial (dua puncak musim hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober.
  3. Pola hujan lokal
    Wilayahnya memiliki distribusi hujan bulanan berkebalikan dari pola monsun. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodial (satu puncak hujan), tetapi waktunya berbeda dengan tipe hujan monsun.

Penyebab Cuaca Ekstrem saat Musim Hujan 2024

Dilansir situs resminya, BMKG mengungkapkan potensi cuaca ekstrem terjadi selama periode puncak musim hujan pada bulan Januari hingga Februari 2024. Berikut penyebab cuaca ekstrem selama musim hujan di Indonesia.

  • Monsun Asia yang menunjukkan aktivitas cukup signifikan dalam beberapa hari terakhir. Kondisi ini berpotensi dapat disertai adanya fenomena seruakan dingin yang dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian besar wilayah Indonesia.
  • Adanya daerah tekanan rendah yang terpantau di sekitar Laut Timor, Teluk Carpentaria dan di Samudra Hindia barat Sumatera yang dapat memicu terbentuknya pola pumpunan dan perlambatan kecepatan angin di wilayah Indonesia bagian barat dan selatan ekuator. Hal ini dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan angin kencang di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi bagian selatan, serta berdampak pada peningkatan gelombang tinggi di perairan sekitarnya.
  • Aktivitas gelombang atmosfer masih menunjukkan kondisi yang signifikan dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan dan potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan, yaitu fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) yang terbentuk bersamaan dengan aktifnya gelombang Rossby Ekuatorial. Kondisi tersebut dapat meningkatkan aktivitas konvektif serta pembentukan pola sirkulasi siklonik di wilayah Indonesia.
(kny/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads